Powered By Blogger

Minggu, 20 Juli 2014

Sky Power - Chapter 20

Chapter 20

"Prof. Indra telah menyelamatkan nyawa Bayu, sementara kau malah membunuhnya. Aku lebih percaya pada cita-cita perdamaian yang beliau idamkan, dibanding mahasiswa tak tahu diri seperti kau!" Stormer mulai menunjukan kemarahannya. Ia telah bersiap untuk menebus kematian temannya. Dengan diselimuti aura badai mengerikan, Stormer berlari kencang mendekati Blue. Pertarungan sengit tak terhindari lagi.
Stormer telah mengeluarkan kekuatan penuhnya. Dua petarung berkekuatan angin menciptakan kerusakan besar di sekeliling mereka. Beruntung, markas pertahanan dan senjata tidak terletak di pemukiman atau dekat pemukiman, melainkan di hutan perbukitan yang sepi. Sehingga tidak satu pun orang menjangkau atau tahu.
Blue dan Stormer bertarung di udara. Ledakan besar kembali terjadi hingga mementalkan keduanya. Stormer dengan pedang anginnya menciptakan gelombang anging puting beliung. Blue mampu meredamnya.
Lalu, Blue malah menyimpan pedang Eclipticsnya. Ia menggantinya dengan pedang biasa miliknya.
"Apa maksudmu menyimpan kembali Ecliptics? Apa kau pikir kekuatanku tak cukup kuat hanya karena kau mampu membunuh Blank?" seru Stormer yang tak mengerti apa yang Blue maksud.
"Tidak juga, aku memilih pedang ini karena suatu alasan" jawab Blue.
"Aku tak peduli senjata apa yang kau pakai. Aku hanya perlu membunuhmu untuk menggenapi dendamku atas kematian Blank!" Stormer tak peduli lagi tentang lawannya ia hanya ingin secepatnya menghabisi Blue. Ia terbang ke udara. Ia mengumpulkan kekuatan dengan diiringi tekanan udara yang sangat tinggi, Stormer menyerang dengan kekuatan penuh.
Namun tiba-tiba, seberkas cahaya keluar dari pedang Blue. Cahaya itu semakin hingga menyulitkan Stormer melihat target serangannya. Stormer menyabetkan pedangnya. Namun tak berhasil mengenai targetnya. Stormer semakin kesal dan marah. Ia menebaskan pedangnya membabi buta, namun ia tak tahu dimana posisi Blue. Dan akhirnya. . .

Jlleeeeppp. . . . .

Pedang milik Blue telah berhasil menusuk jantung Stormer. Ia benar-benar telah jatuh dalam lubang keputusasaan. Blue hendak mencabut pedangnya, namun Stormer menahannya.
"Ku. . . ku mohon jangan cabut dulu pedangmu. Ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan" ujar Stormer meminta dengan ucapan yang terbata-bata menahan sakit, Blue mengiyakannya.
"Aku tahu, kau sengaja menggunakan kekuatan Blank yang tersegel dalam pedangmu untuk membunuhku kan?" tanya Stormer. Blue terdiam sejenak.
"Kau benar, Blank menyerahkan ini padaku saat aku menusuknya" Blue menunjukan pita pelindung gagang pedangnya. Stormer terkaget melihat apa yang Blue tunjukan.
"Jadi begitu ya, Blank merestuimu untuk mengalahkanku. Tapi kenapaaaa. . . ! ! ! ? ? ?" Stormer marah sambil menarik kerak jubah Blue.
"Kenapa dia berani mengkhianatikuuuu. . . ! ! ! ? ? Kenapa dia tidak peduli dengan cita-cita . . ."
"Diiiaaaammm. . . .! ! !" Blue memotong perkataan Stormer yang terlihat sedih menangis sambil menahan sakit akibat pedang yang masih menancap di dadanya.
"Blank tidak pernah mengkhianatimu. Ia hanya ingin mengingatkanmu agar kembali pada cita-cita kalian. Namun ia sadar bahwa ia dan juga dirimu telah jauh tersesat, dan tak mungkin bisa kembali lagi ke jalan semula. Itulah sebabnya ia menitipkan ini padaku, sebagai pertanda bahwa ia telah merestuiku, serta memintaku untuk meneruskan cita-citanya" Blue menjelaskan apa yang Blank amanahkan padanya, seraya menunjukan kembali pita hitam yang mengikat pedangnya.
"Jadi kau ingin aku juga mempercayakan cita-citaku padamu, begitu kan Blue?" Stormer bertanya pada Blue yang hanya menganggukkan kepalanya.
"Lalu, bagaimana mungkin aku bisa percaya padamu? Sementara kau tak tahu arti kebenaran dan keadilan itu sendiri. Kau hanya mengikuti kemana kata hatimu bergerak, sedangkan tak semua manusia berhati suci" Blue hanya terdiam mendengar ucapan Stormer.
"Kau hanyalah anak muda bodoh yang ingin menjadi seorang pahlawan, namun tak tahu apa arti kekuatanmu. Jawab pertanyaankuuu . . . ! ! !" Stormer kembali mencecer. Blue kembali terdiam menanggapi pertanyaan dari Stormer. Perlahan, ia mencoba mengutarakan jawabannya.
"Aku tahu. Itu adalah cita-cita yang pernah terlintas dalam anganku ketika aku kecil. Tapi, aku bukan anak kecil lagi sekarang!! Aku tahu apa yang harus aku lakukan dengan kekuatanku ini. Bagiku, tak ada jalan pintas untuk menuju kebenaran, jalan terbaik menuju kebenaran adalah, jalan lurus yang terjal dan berliku" Apa yang Blue katakan begitu sangat menyentuh hatinya. Seolah-olah , ia mulai menerima alasan Blue untuk terus memperjuangkan cita-citanya.
"Banyak orang tertarik memilh jalan pintas untuk mewujudkan mimpinya, namun tak sedikit diantara mereka yang akhirnya tersesat, bahkan gagal karena tak mampu untuk kembali ke jalan semula. Aku mulai mengerti apa yang kau pertahankan selama ini, Ferry" Stormer mencoba menerima apa yang harus ia wariskan.
"Terkadang, anak kecil yang masih polos lebih mampu melihat jalan yang lurus dibandingkan orang dewasa yang sudah tersesat oleh ideologinya sendiri" sambung Stormer.
"Tak ada pilihan lain bagiku, selain mempercayaimu sebagai penjaga perdamaian kami. Namun aku puas dengan keteguhanmu. Sekarang aku bisa tenang, untuk menatapmu terus berjuang. Terima kasih, Ferry" Stormer melepas genggaman tangannya yang ia lakukan untuk menahan pedang yang menusuknya. Blue mengerti, ia mencabut pedangnya. Ternyata, pedang yang diikatkan pita hitam milik Blank bisa menahan nyawa sejenak sebelum tercabut dari tubuh. Stormer akhirnya menghembuskan nafas terakhir setelah pedang tercabut.
"Terima kasih Stormer. Kau mau bergabung dengan cita-citaku. Aku berjanji, apapun yang terjadi, aku akan memperjuangkan mimpi kita, mimpi dari nurani semua makhluk di dunia ini" Blue membawa dua jenazah yang baru dikalahkannya untuk dikebumikan.
***
Seorang sky warior dari divisi tehnik tengah menghadap pada Prof. Indra untuk menyampaikan sebuah laporan. Nampaknya ia telah menyampaikan laporannya.
"Jadi, pertarungan telah berakhir ya? Aku tak menyangka, Blank dan Stormer telah dikalahkan. Terlebih, Androman juga telah kalah sebelumnya" Prof. Indra terlihat kaget, tiga kapten Sky Warior telah kalah.
"Kau boleh kembali ke tempatmu" seru Prof. Indra pada sang pelapor.
"Baik Profesor!" ia kembali ke tempatnya.
"Blue, anak manis yang tak tumbuh seperti yang kita inginkan" ujar Iluvera yang ada di ruangan itu juga.

"Ini benar-benar sangat mengejutkan!" tiba-tiba saja Wolver datang. Prof. Indra dan Iluvera kaget.
"Kau sudah menunaikan tugasmu Wolver?" tanya Prof. Indra. Wolver menunjukan hasil tugasnya, membawa wali kota yang kini digendong Walker.
"Bawa dia ke ruang isolasi" seru Prof. Indra pada Walker, ia pun pergi menuju ruang isolasi.
"Apa perlu saya sered si anak nakal yang satu itu Prof?" ujar Wolver yang ingin menyerang Blue.
"Tak perlu terburu-buru, kita harus menyiapkan strategi untuk menangkapnya kembali" jawab Prof. Indra menahan Wolver.

***
Dua hari setelah pertarungan Blue versus Stormer dan Blank, terlihat sebuah mobil sedan melintas dan akhirnya berhenti di halaman gedung wali kota Jakarta Selatan. Sang wali kota baru saja sampai di depan kantornya dan hendak masuk menuju ke ruangannya.
Namun tiba-tiba, tiga peluru menembus dada wali kota. Seseorang telah menembaknya. Wali kota pun terjatuh bersimbah darah. Karuan saja, suasana pagi di depan gedung wali kota mendadak mencekam. Para petugas balai kota sibuk mengevakuasi tubuh wali kota yang tak sadarkan diri, sementara pihak keamanan menyisir setiap sudut balai kota guna meringkus pelaku penembakan. Polisi dan para wartawan sudah mulai sibuk dengan pekerjaan mereka.
Dan akhirnya, dengan berani sosok penembak misterius itu muncul. Sosok tersebut tidak lain adalah 'BLUE'. Ia bergerak dan mengambil tubuh wali kota yang hendak dibawa ke dalam ambulans. Aparat keamanan berusaha menghadang, namun gagal. Blue berhasil membawa kabur tubuh wali kota. Kejadian tersebut tentu tak disia-siakan para jurnalis untuk mengambil gambar sebagus mungkin. Seorang jurnalis berusaha menghadang Blue.
"Siapa kau. . . ??" bentak sang jurnalis.
"Blue. . . . ! !" Blue menodongkan pistolnya ke arah sang jurnalis hingga membuatnya ketakutan. Beruntung aparat berhasil menembak pistol yang dipegang Blue hingga terlempar pistolnya. Tak ada pilihan bagi Blue kecuali kabur membawa tubuh sang wali kota.
Berita penembakan serta penculikan wali kota Jakarta Selatan langsung tersebar ke berbagai media sebagai headline terpanas kota Jakarta bahkan daerah lainnya.

To Be Continued

Sky Power - Chapter 19

Chapter 19

Wolver bersama dua pasukannya masih melakukan pengintaian di gedung wali kota. Mereka telah bersiap untuk menculik sang wali kota yang dulu pernah Blue lakukan, namun gagal.
"Ini semua gara-gara Blue, masa menculik walikota seperti ini saja gagal? Kan kita sekarang yang repot!" Ujar Grave Walker yang kesal.
"Berarti, kamu juga menganggap misi ini susah?" timpal Wolver padanya.
"Ha? Bukan begitu kapten, cuma kan. . ."
"Ah, sudahlah.Kalau ini misi yang mudah, kenapa kamu masih mengeluh?" potong Wolver.

***
Seorang pria berjalan menuju lobi kantor wali kota. Sesampainya di depan lobi, ia mendekati seorang wanita petugas lobi yang tengah bertugas sendirian. Ia menyapu rambutnya dengan tangan kanannya. Ternyata, sapuan tangan pada rambutnya adalah sebuah cara untuk mengambil kutu dari kepalanya. Dan tanpa diketahua sang wanita petugas lobi, ia melempar kutu tersebut ke kepala wanita.
"Permisi nona, bisakah nona jelaskan dimana pak wali kota sekarang?" ujar sang pria.
"Beliau sekarang ada di ruangannya tepatnya di lantai 3 gedung ini kamar E7" jawab petugas lobi yang ternyata telah terpengaruh oleh kutu hipnotis.
"Bolehkah saya tahu agenda tugas pak wali kota hari ini" lanjut sang pria.
"Saat ini, beliau masih istirahat di di ruangannya, dan akan ada rapat koordinasi membahas RAPBD tahun depan satu jam dari sekarang. Yaitu tepatnya jam 2 siang nanti. Pak wali kota akan meninjau pembangunan rumah susun warga pada pukul 4 sore nanti. Dan selanjutnya, beliau akan pergi ke Kota Jogjakarta sekitar jam 7 malam untuk memenuhi undangan workshop peningkatan kualitas pendidikan bersama mentri, gubernur, walikota, bupati dan beberapa pejabat terkait se pulau Jawa. Dan Beliau baru kembali besok sore" jelas penjaga lobi dengan begitu lugas menjelaskan detil agenda wali kota jarena pengaruh hipnotis sang pria.
"Oke cukup, terima kasih!" sang pria tanpa diketahui telah memanggil kembali kutu penjeratnya dan pergi.

***
"Permisi kapten, maaf lama menunggu" sang pria yang telah berbicara dengan sang petugas lobi telah datang menemui Wolver dan Grave Walker.
"Ruser, bagaimana informasinya?" tanya Wolver.
"Nampaknya, kita harus beraksi sekarang juga. Hari ini, wali kota memiliki jadwal yang sangat padat, bahkan sampai besok" ungkap Ruser setelah menerangkan posisi wali kota yang tengah istirahat di dalam gedung ini.
"Baiklah, Walker, kali ini giliranmu" Wolver memerintahkan Grave Walker untuk segera beraksi.
Dengan kekuatannya, Walker berjalan pada dinding vertikal tanpa terjatuh. Sebelumnya, ia telah menyiapkan beberapa keperluan untuk aksinya. Dan singkat cerita, tim Wolver sukses menculik wali kota tanpa ada seorangpun yang menyadari. Mereka akhirnya pergi meninggalkan gedung wali kota.
Sementara di dalam ruang wali kota, Walker telah meninggalkan sehelai rambut wali kota di tempat duduk wali kota. Tiba-tiba, rambut tersebut berubah menjadi tubuh wali kota seutuhnya.
***
Ruser tengah mengendarai mobil minibus miliknya yang baru meluncur dari gedung wali kota. Wolver/Romy duduk di sampingnya, sedangkan Walker duduk di belakang bersama wali kota yang masih tak sadarkan diri. Mereka bergerak menuju markas.
"Walker, bagaimana dengan 'xerox person'?" tanya Wolver.
"Tidak usah khawatir, semua sudah saya urus. Yah, walaupun mungkin hanya akan bertahan paling lama tiga hari" jawabnya menjelaskan rambut wali kota yang ia taruh di atas kursi yang kini telah menggantikan posisi wali kota yang asli.
"Bagus, waktu yang cukup untuk misi mengendalikan Jakarta secara perlahan" ujar Wolver.

***
Bruaaakkhhrr . . . .
Tendangan keras Blue berhasil menghajar mundur Blank.Stormer ganti menyerang.Pertarungan kembali terjadi.Blue menyabetkan pedangnya, Stormer mampu menghindar.Namun, sabetan yang kuat dan cepat seolah mampu membelah udara hingga mengeluarkan cahaya biru di udara.Serangan tersebut berhasil mengenai Stormer hingga terlempar.
Blank kembali menyerang dengan pedangnya, Blue dengan sigap menangkis.Blank kembali mengayun pedangnya.Blue kembali menangkis namun tak berhasil.Blank menghilang sekejap.Blank menyerang secara tiba-tiba dari belakang. Blue yang telah mampu membaca gerakan Blank sebelumnya dengan sigap meluncurkan pedangnya ke belakang, dan . . . .

Jjllleeeeppppp. . . . ! ! ! ! !

Pedang Ecliptics milik Blue berhasil menusuk tubuh Blank.Meski Blank masih sempat menggores bahu Blue dengan pedangnya, namun itu adalah serangan terakhir darinya.
"Blaaaaannkkk. . . ! ! !" Stormer berteriak saat Blank telah dikalahkan Blue.
"Maaf, aku terpaksa harus melakukan ini!" kata Blue sambil mencabut pedangnya.
"Kau tak perlu minta maaf, itu adalah jalanmu.Aku menghargainya" Blank akhirnya terjatuh.Seberkas sinar muncul dari tubuhnya yang telah terkapar.Sinar itu lalu menghilang secara perlahan.Stormer terlihat tak bisa mempercayai kejadian itu. Ia begitu sedah  kehilangan sahabat terbaiknya.
Terlintas bayangan masa lalu dalam benak Stormer. Seorang remaja kelas satu SMA dikeroyok anak SMA lain yang berjumlah 4 orang. Ia tak berdaya melawan anak SMA lain yang berjumlah empat orang tersebut. Namun, satu diantara mereka tiba-tiba jatuh. Ternyata ia diserang seorang anak SMA pula.
"Beraninya cuma keroyokan, pengecut kalian. . . ! ! !" ujar anak SMA yang barusan memukul. Ternyata dia sendirian.
"Bayu. . . ? ? ?" ujar anak SMA yang barusan dikeroyok, ia mengenal siswa SMA yang tengah menolongnya itu. Karena kalah jumlah, Bayu juga tak mampu berbuat apa-apa melawan para pengroyok.Beruntuk warga mulai berdatangan hingga para pengroyok kabur meninggalkan Bayu dan temannya.
"Bayu, kamu tidak apa-apa?"
"Fandi, kamu nggak perlu khawatir seperti itu.Aku baik-baik saja kok" ujar Bayu yang masih terduduk menahan sakit.
"Pelipismu berdarah, bagaimana mungkin kau masih berkata baik-baik saja?" ujar Fandi membantu sahabatnya berdiri.
"Terima kasih ya Bayu, kamu menolong aku" lanjut Fandi.
"Nggak usah dipikirin, teman harus seperti itu" Ucapan Bayu masih berdengung di telinga Stormer, sahabatnya yang kini telah terbunuh. Terngiang lagi kenangan bersama Bayu, teman SMA yang sangat ia sayangi. Di kala hendak lulus SMA.
"Bayu, setelah lulus SMA nanti, kamu mau kemana?" tanya Fandi pada temannya.
"Aku mau daftar jadi Polisi.Biar bisa membasmi kejahatan" jawab Bayu.
"Kalau begitu, aku juga mau jadi Polisi" sahut Fandi.
"Hei jangan, kamu itu pintar.Kamu cocoknya jadi guru" Bayu menasehati Fandi.
"Hahaha, aku bercanda kok.Aku memang berniat untuk menjadi guru" jawab Fandi sambil tertawa.
"Kamu nggak usah khawatir. Meski kita berpisah nanti, kita tetap  bersahabat. Ini bukti persahabatan kita" Bayu menunjukkan gelangnya, dan Fandi juga menunjukkannya. Mereka memiliki gelang yang sama.
"Gelang ini tanda persahabatan kita yang abadi" ujar Bayu.
"Ya. . . Bila perlu kita wariskan pada anak cucu kita, hahahaha. . ." mereka tertawa bersama. Stormer masih mengingat masa 11 tahun lalu sambil memandang gelang persahabatan yang melingkar di lengan kirinya.
Stormer mulai mendekati Blue secara perlahan.Blue menyiapkan kuda-kudanya.Stormer ternyata tak menyerang.Ia hanya ingin menghampiri jasad Blank yang telah terbujur kaku. Ia begitu sedih melihat sahabatnya tak lagi bernafas. Stormer menutup wajah Blank lalu mengambil gelang tanda persahabatan mereka.
Stormer kembali mengingat masa lalunya.Terlihat Bayu terluka parah dikeroyok sejumlah preman karena berusaha menolong Fandi.
"Bayu, bertahanlah. Jika kau sampai mati, aku janji akan membalasnya. Aku tak peduli meski aku juga akan mati" ujar Fandi yang sedih.Bayu melarang Fandi.
"Jangan Fan, jika kamu ikut mati siapa yang akan meneruskan cita-cita kita?" seru Bayu memohon.Kejadian tersebut berlangsung beberapa saat ketika Bayu dan Fandi bersama teman-temannya selesai merayakan kelulusan SMA.Beruntung kali itu, seorang pria datang dan menolong Bayu.
"Ada apa dengan temanmu dek?" ujar sang pria yang tiba-tiba menghampiri mereka.
"Dia dikeroyok preman om, gara-gara mau menolong aku" Fandi terlihat sedih.
"Kamu tak usah khawatir, om akan segera membawa temanmu ke rumah sakit"
"Tapi om. . ."
"Kamu tak perlu khawatir, om akan urus semuanya. Berdoa saja semoga temanmu lekas sembuh ya!" ujar sang pria. Dan mereka telah ada di rumah sakit.
"Terima kasih ya om, aku mohon selamatkan Bayu om" Fandi begitu berharap pada pria yang begitu baik hati tersebut. Dan pria tersebut meyakinkan bahwa Bayu akan selamat.
"Bayu pasti selamat. Oh ya, namamu siapa?" ujar sang pria sambil memegang bahu Fandi.
"Fandi om, kami baru pulang merayakan kelulusan sekolah" jawab Fandi.
"Oh, kamu baru lulus SMA ya, nama om Indra, kebetulan om adalah Dosen di ITJ. Om senang jika bertemu kalian lagi di kampus ITJ. Temui om kalau kamu ada keperluan, ini kartu nama om" Pria tersebut  meninggalkan Fandi, ia ternyata Prof. Indra di masa lalu.

To Be Continued

Sky Power - Chapter 18

Chapter 18

Blue kembali mendapat serangan dari Stormer yang tak mampu dilihatnya. Blue dibuat tak berdaya oleh serangan kombinasi Stormer dan Blank.
"Sky Warior rendahan sepertimu mana mungkin mengalahkan para kapten! Sekarang, bersiaplah mengakhiri pertarungan ini" Stormer bersiap menyerang dengan serangan Grand Storm. Kedua tangan Blue bagai terikat oleh udara dengan posisi menyilang. Sementara badai raksasa telah siap menyerang. Grand Storm menyerang dengan kecepatan luar biasa disaat Blue tak berdaya bagai dipasung. Ledakan besar pun terjadi saat badai telah mengenai Blue. Kepulan asap yang membumbung tinggi menandakan sebuah akhir pertarungan.
Namun Stormer dan kawan-kawan dibuat kaget ketika kepulan asap perlahan sirna. Blue ternyata masih berdiri tegak tanpa terkena serangan barusan.
Selaput udara berbentuk dua sayap elang melindungi Blue dari terjangan Grand Storm. Stormer dan yang lain kaget.
"Tidak mungkin. . . ! ! Kau telah menguasai unique power nampaknya. Jenis angin mirip seperti punyakuku ya?" ujar Stormer.
"Aku tak tahu jenis kekuatanku. Aku hanya ingin mengalahkanmu. Hanya itu" jawab Blue.
"Mengalahkanku? Lalu bisakah kau bertarung mengalahkanku dengan alasan yang kau sendiri tak tahu?" ujar Stormer sambil kembali menyerang. Namun Blue menangkisnya.
"Aku tak suka alasan dalam bertarung. Aku bertarung, karena ini adalah keinginanku" jawab Blue dengan memberikan dorongan kuat. Stormer masih dapat berdiri meski terlempar oleh serangan mendadak dari Blue.
"Bertarung hanya karena keinginan sendiri. Lalu, apa kau yakin perbuatanmu itu adalah hal yang benar?" Stormer tak mau kalah dengan bentakannya.
"Aku . . . Aku percaya pada diriku. Aku tak peduli apa yang kau katakan. Aku hanya ingin bertarung dan mengalahkanmu. Karena itu adalah keinginanku. Benar atau pun salah, kau bisa menilainya nanti" ujar Blue lagi.
"Kau memang keras kepala. Kau akan menyesal setelah ini" Stormer kembali menyerang. Pertarungan kembali terjadi antara Blue dan Stormer. Blank kembali menutupi pandangan Blue dengan jurusnya, Stormer dengan bebas menyerang Blue hingga terjatuh. Blue kembali terkena serangan Stormer dan terlempar. Stormer terus menyerang. Namun Blue berhasil menangkis serangan terakhir dari Stormer. Bahkan mampu melancarkan serangan balik dan berhasil mengenai target. Stormer mengalami luka pada tangan kirinya.
"Aku tahu kau juga tak rela menjadi budak ambisi Prof. Indra. Kenapa kau tak berusaha melawan?" Blue berkata.
"Tak usah menasihatiku. Kau hanya seorang mahasiswa labil yang tak tahu apa-apa. Tahu apa kau tentang keadilan? Dan apa kau fikir, setelah semua penjahat musnah, semua orang akan mencapai bahagia?" bentak Stormer.
"Apa maksudmu?" tanya Blue.


"Kau hanyalah seorang pemuda yang naif. Apa kau fikir kau akan mampu memberantas semua kejahatan sedangkan setiap manusia terlahir dengan potensi jahat mereka? Kejahatan di dunia akan terus muncul meski kau terus membasminya. Bagai rumput yang tak berhenti tumbuh di padang safana, meski terus disiangi" lanjutnya, Blue cukup kagum dengan penuturan Stormer yang memiliki sisi bijak.
"Lalu apa yang bisa kau lakukan?" Blue mempertanyakan. Dan sambil tersenyum, Stormer menjawabnya.
"Berhentilah bertarung! Kami telah mendirikan menara 'Significo' yang terhubung dengan semua satelit telekomunikasi ruang angkasa. Kita akan menyebarkan 'Ultra Sugestion' ke seluruh umat manusia di dunia melalui gelombang elektromagnetik atau sinyal telekomunikasi. Kita akan menseting semua mindset manusia seluruh dunia dan membuang semua sifat buruk mereka dengan 'Ultra Sugestion'. Dunia akan damai di tangan kita, dunia tanpa korupsi, kejahatan, kemiskinan dan berbagai penderitaan lain. . ."
"Cukup . . . ! ! !" Blue memotong  penjela dari Stormer.
"Aku tak suka orang yang mengekang keinginan. Aku hanya ingin bebas bermimpi. Aku tak suka teman-temanku dipaksa mengikuti maumu juga mauku. Aku hanya ingin, semua orang berbuat apa yang mereka anggap baik! Jika menara 'Significo' mampu melakukan itu semua, kenapa tidak kalian lakukan sejak dulu?" ujar Blue membantah.
"Menara itu tidak akan aktif sebelum kami menemukan sumber energinya. Kau adalah orang yang sangat penting dalam proyek ini, bergabunglah kembali!" Stormer kembali mengajak Blue. Blue hanya terdiam.
"Aku sudah memutuskan untuk tidak bergabung. Apa kau fikir, menculik dan membunuh kaum duafa yang tak bersalah adalah suatu keadilan?" ujar Blue. Stormer diam.
"Lihat mereka!" Stormer menunjuk ke arah pasukannya. Dan para pasukan membuka topengnya masing-masing. Blue terkaget melihat wajah-wajah mereka.
"Kami tak menculik atau pun membunuh mereka. Kami hanya mengubah mereka menjadi sosok yang lebih bermanfaat" ujar Stormer tersenyum.
"Brengsek, kalian benar-benar kejam!" Blue mulai marah dan menyerang Stormer kembali.
Sabetan pedangnya berhasil ditangkis Stormer dengan pedang angin.
"Kau orang yang buruk dan egois dalam diskusi, kau akan tahu jawabannya nanti" ucap Stormer.
"Aku memang seorang budak yang buruk, karena aku. . . . aku manusia yang tercipta untuk memiliki harga diri" Sahut Blue yang langsung meningkatkan kekuatannya dan mendorong dan berhasil menendang tubuh Stormer hingga terjatuh.
Delapan anak buah Stormer menyerang dari berbagai penjuru yang berbeda dengan melempar belati. Blue berhasil menghindari semua serangan yang ada. Namun serangan tersebut merupakan serangan kombinasi untuk menjerat Blue. Karena belati yang mereka pakai telah terpasang tali besi yang tak terlihat karena jurus Blank.  Blue akhirnya terjerat. Delapan pasukan mencoba menahan gerak Blue, namun Blue ternyata berhasil melepaskan diri dari jerat dan menghajar semua Sky Warior. Namun secara tiba-tiba, Blank telah berdiri di hadapan Blue dan menghajarnya hingga terlempar.
Blank kembali menyerang Blue yang masih terjatuh. Blue berusaha segera bangkit mencoba membalas. Namun tiba-tiba, Blank menghilang di hadapannya ketika hendak menyerang. Blank ternyata menyerang dari belakang. Namun Blue menghindar sambil menyabetkan pedangnya dan Blank kembali menghilang.
Blank secara mendadak menyerang dengan pedangnya. Blue menahan dengan kekuatan pedangnya. Blue mengeluarkan kekuatannya hingga membuat Blank terlempar.
Stormer telah berdiri di samping Blank yang terjatuh.
"Blank, bersiaplah, kita harus secepatnya mengakhiri pertarungan ini. Kita masih banyak tugas" ajak Stormer pada Blank.
"Baiklah!" jawab Blank yang mencoba bangkit.
Blank menyiapkan jurusnya. Dan tiba-tiba, kabut menutupi pandangan Blue yang mulai panik. Suara halilintar mulai bersahutan dengan diiringi deru angin yang mulai menderu. Blue tak mampu keluar dari area kabut neraka yang menyelimutinya, karena kabut tersebut juga mengandung partikel listrik hingga beberapa kali Blue tersengat saat mencoba keluar.
Stormer telah siap menghabisi Blue dengan Grand Storm terkuat yang diiringi jilatan petir di dalamnya.
"Nampaknya, kau harus dibangkitkan melalui 'force lander'. Terimalah ini Blue...!!" Stormer melepaskan Grand Flash Storm terkuatnya. Ledakan besar terjadi menimpa Blue yang terkena serangan telak dari Storm. Storm dan Blank beserta pasukannya terlihat lega telah membereskan sang penghianat Blue.
Kepulan asap sisa ledakan masih menyelimuti jasad Blue.
"Bawa jasad Blue ke markas!" Stormer memerintahkan pasukannya utuk membawa Blue yang terpaksa harus mereka bunuh. Para pasukanpun bergerak. Namun kejadian tak terduga terjadi.

"Aaaggghhrrrrrr. . . . . . . . . . . . . . . ! ! ! ! !"

Para Sky Warior mendapat serangan di balik sisa kepulan asap jasad Blue. Dua sky warior terlempar kehadapan Blank dan Stormer. Sky warior tersebut menghitam dan berubah menjadi tanah kering dan akhirnya hancur.
"Apa yang terjadi?" Blank heran.
"Nampaknya Blue masih belum kita kalahkan!" sahut Stormer.
Pusaran angin berputar kencang di balik sisa kepulan asap barusan dan menyapunya. Kini, terlihat jelas, Blue masih berdiri tegak dengan pedang Ecliptics di tangan kanannya serta gelombang angin berbentuk sayap garuda menaunginya.
"Apa. . . ? ? ?" Stormer begitu kaget melihat Ecliptics dalam genggaman Blue.
"Jadi selama ini, kau menyembunyikan itu?" Lanjut Stormer.
"Hampir saja. . ." ujar Blue menghela nafas lega.
"Maaf, ada pergantian senjata mendadak. Anak buahmu yang tersisa hanya tiga, saya siap menunggu jika kalian berniat meminta bantuan" lanjutnya sambil duduk.
"Sial, dia meremehkan kita!" ujar seorang pasukan yang terpancing oleh provokasi dari Blue.
"Tak usah banyak bicara, kita serang dia!" jawab temannya. Mereka bertiga akhirnya menyerang bersama.
Hiiiiyyyaaaa. . . . ! ! ! !
"Hei kalian. . . . ! ! !" Stormer mencoba menghentikan namun Blank menahan Stormer.
"Biarkakan saja!" ujar Blank.
Blue yang masih terduduk, dengan tenang menebaskan pedangnya hingga tubuh ketiga sky warior terbelah dan hancur menjadi tanah kering. Kini, hanya tiga kapten yang tersisa dalam pertarungan ini.

To Be Continued 

Sky Power - Chapter 17

Chapter 17

Suasana lengang di markas pertahanan Sky Power mendadak berubah jadi mencekam. Serangan mendadak yang Blue lancarkan telah menjatuhkan setidaknya 6 pasukan penjaga benteng senjata tersebut. Dua Sky Warior kembali menyerang. Blue menghindar dan menebaskan pedangnya. Merekapun terjatuh. 7 Sky warior tersisa kembali menyerang, namun Androman yang telah tahu kejadian tersebut menghentikan anggotanya.
"Hentikan . . . ! ! ! Dia bukan musuh" seru Androman pada anggotanya.
"Tapi dia telah menyerang kita kapten" ujar salah satu warior.
"Biar aku yang tangani" Androman mendekat pada Blue.
"Hei Blue, lama aku tak mendengar kabarmu. Kemana saja kau ini? Sekarang, kau malah muncul dengan membuat ulah. Apa ini perintah dari pusat?" Androman bertanya dengan ramah.
"Maaf, ternyata aku masih dirindukan di sini" ujar Blue.
"Siapa yang bilang kaya gitu? Jelaskan padaku apa tujuanmu ke sini? Dan kemana saja kau selama ini?" bentak Androman kesal.
"Aku ingin bertarung denganmu!" Kata Blue, Androman agak kaget mendengar tantangan Blue.
"Hhmmm . . . Hahahaha . . . . . . Nampaknya kau tak mau dianggap kapten terlemah ya? Tapi sayang, aku tak tertarik bertarung denganmu" ujar Androman yang tidak mempedulikan tawaran Blue. Blue kesal dan mengirimkan pukulan jarak jauh yang hampir mengenai wajah Androman. Pukulan tersebut mengenai tembok dan menghancurkannya.
"Nampaknya kau benar-benar serius ya?" tanpa basa-basi lagi Androman langsung maju.
Blue menghunus pedang miliknya dan menyerang Androman. Dengan sigap Androman menangkis dengan perisainya. Saling jual beli serangan tak dapat dihindari lagi. Androman menghantamkan perisai besarnya yang ditangkis oleh Blue. Tenaga yang Androman kerahkan nampaknya terlalu besar hingga Blue terlempar dan membentur tembok benteng yang hancur.
"Kau belum tahu perbedaan kekuatan diantara kita. Sekarang, aku harap kau berubah fikiran" seru Androman. Tak lama kemudian, Blue kembali bangkit.
"Tak buruk" ujar Blue.
"Aku tak tertarik untuk meneruskan pertarungan ini, kecuali kau punya alasan untuk memaksaku" Androman kembali memperingatkan.
"Aku juga tak mau bertarung denganmu, andai kau dan anak buahmu mengosongkan tempat ini" balasnya.
"Ada pertanyaan yang harus kau jawab sebelum aku mengambil keputusan. Apa tujuanmu menguasai gedung ini?"
"Tak penting untuk aku ceritakan, namun ada satu hal yang wajib kau tahu" Blue keluar dari reruntuhan dan bersiap dengan pedangnya.
"Aku sudah terbebas dari Brain Control" kalimat terakhir dari Blue jelas tak mudah untuk dipercayai.
"Terbebas. . . ? ? ? Kau benar-benar pandai berakting" ujar Androman.
"Apa kau fikir, unique powerku sejenis itu? Aku tak punya banyak waktu, kosongkan tempat ini sekarang juga!" Blue membalas.
"Alasanmu, aku terima" Androman yang berbadan besar kembali menyerang, begitu juga Blue. Kekuatan Androman yang cukup kuat mampu diimbangi oleh kecepatan Blue.
Sebuah tendangan keras menerpa wajah Androman hingga terjatuh. Namun masih tak begitu berpengaruh. Blue kembali menyerang dan berhasil menebas tubuh Androman. Namun tebasan tersebut sama sekali tak berbekas. Blue berkali-kali mencoba menebas namun tubuh Androman ternyata kebal. Dan hanya sekali terjang, Blue terpental jauh. Blue baru menyadari bahwa Androman adalah manusia baja atau cyborg.
Sebuah moncong senapan besar keluar dari tubuh Androman. Ia menyerang Blue dengan meriam Api. Blue berhasil menghindar dan hanya menghasilkan sebuah ledakan besar.
Medan berubah menjadi berdebu menghalangi pandangan dalam bertarung. Androman tiba-tiba muncul di belakang Blue dan langsung menyerangnya. Blue terdesak dan jatuh namun Androman kembali menyerang lewat tembakan meriamnya hingga membuat Blue tak berdaya.
"Kurung dia di markas!" seru Androman pada anak buahnya. Namun belum sempat mereka mendekati tubuh Blue, ledakan besar terjadi. Para kru Sky Power terlempar sementara Blue kembali bangkit dengan tubuh diselimuti cahaya biru.
"Kau . . . Pedang itu . . . ?" Androman terkaget melihat Blue memegang pedang yang selama ini dicari oleh Prof. Indra. Blue kembali menyerang dan Androman menangkis dengan perisainya. Tenaga Blue meningkat tajam dalam mode penggunaan Ecliptic hingga pukulannya mampu menghancurkan perisai terkuat yang dimiliki Androman. Androman bahkan terlempar dan menabrak tembok benteng. Androman bangkit.
"Aku senang punya kesempatan bertarung seperti ini, aku senang kau punya kesempatan mengalahkanku" ucap Androman bangkit kembali dan siap menyerang. Androman menyerang dengan kecepatan penuhnya.

Jlllleeeeeeebbbbbbb . . . . !!!!!!!!

Ferry berhasil menusuk tubuh Androman. Namun ia juga heran, karena seharus Androman bisa menghindari serang lemah darinya. Mungkinkah Androman sengaja menusukan Ecliptic secara sengaja.
"Dasar bodoh! Bagaimana kau bisa mengalahkan musuhmu nanti jika kau selemah ini?" Androman masih mampu bicara meskipun tubuhnya mulai melemah. Seluruh kekuatannya terserap oleh pedang Ecliptic yang menusuk.
"Kau yang bodoh! Kenapa kau mengumpankan dirimu sendiri?" Blue tak mau mengalah.
"Aku tak mau bertarung, dan aku senang aku akan terbunuh olehmu"
"Apa maksudmu?" Blue tak mengerti jalan pikiran Androman yang menyerahkan diri untuk terbunuh.
"Kekuatanmu sangat besar, tapi. . . Tekadmu masih sangat lemah. Belajarlah menjadi kejam pada musuhmu. Aku senang kau telah membebaskanmu dari Brain Control. Tapi, kau takkan bisa mengalahkan yang lain jika kau masih bertarung dengan gaya seperti ini" ucap Androman.
"Ini sebagai hadiah atas kemenanganmu. Terima kasih, Blue!" Androman menyerahkan sebuah kompas kaca sebelu akhirnya terjatuh.
***
Dua sky warior divisi pertahanan melaporkan kericuhan yang terjadi pada markas pertahanan ke markas pusat.
"Blue . . . ? ? ? Bagaimana mungkin dia bisa melakukan ini semua? Blank, Stormer, siapkan pasukan untuk membantu Androman. Sered Blue kesini" Prof. Indra menginstruksikan.
"Baik Prof!" Blank dan Stormer berangkat dengan pasukannya.
"Iluvera, bagaimana dengan misi Wolver?"  tanya Prof. Indra pada Iluvera yang masih berada di depan monitor besar.
"Nampaknya, Wolver menunda penyergapan saat ini. Ia menunda sampai malam nanti" jawab Iluvera.
"Kenapa?"
"Belum ada konfirmasi terkini, namun diduga karena terlalu banyak pihak yang ada di samping walikota saat ini. Terlalu beresiko melakukan penyergapan di tempat ramai" Iluvera kembali menjelaskan.

***
Blue memasukan kompas kaca pada gelang Star Powernya. Dan tiba-tiba, sebuah kaca mata biru muncul membalut dua mati Blue. Kaca mata itu nampaknya kaca mata digital yang langsung menunjukan berbagai informasi digital di hadapannya.
Blue masuk ke dalam markas pertahanan. Ia menuju ke sebuah ruang rahasia. Beberapa menit kemudian, Blue pergi meninggalkan markas. Namun belum sempat ia pergi, tembakan beruntun ia terima. Blue bersembunyi di balik dinding markas. Blue menyadari dirinya telah dikepung 25 sky warior dari dua divisi yang dipimpin oleh Blank dan Stormer.
Blue melakukan serangan balasan dengan laser petir dari Ecliptic yang berhasil mengenai beberapa sky warior. Blue muncul, Stormer mencegah anggotanya untuk menyerang.
"Aku cuma menginstruksikan kau agar menyerah" seru Stormer.
"Aku ingin mengalahkan kalian!" Blue balik mengancam.
Stormer mencoba meringkus Blue dengan kekuatan badai angin puyuh. Namun Blue berhasil membelah badai dengan sabetan Ecliptic. Bahkan sabetannya berhasil mengenai separuh pasukan tersisa yang berubah menjadi tanah. Stormer mengeluarkan senjatanya berupa tongkat badai. Ia pun bertarung dengan Blue. Badai besar menyelimuti pertarungan mereka. Anggota sky power lain bahkan hampir terlempar karena besarnya badai yang terjadi terkecuali Blank yang masih tenang mengamati pertarungan dua kapten tersebut. Blue berhasil mendesak Stormer dengan tendangannya. Stormer terlempar mundur. Blue kembali menyerang Stormer, namun tiba-tiba Stormer menghilang. Stormer sendiri sebenarnya masih belum bergerak dari posisinya. Nampaknya kekuatan Blank mulai bekerja. Blue tak mampu melihat Stormer yang ada di hadapannya. Serangan dahsyat Stormer lancarkan hingga membuat Blue terlempar dan jatuh terkapar.
Blue kembali bangkit meski agak terhuyung.
"Kau boleh saja mengalahkan Androman. Dia orang yang terlalu baik. Tapi jangan harap kau menang dari kami!" ujar Stormer.

To Be Continued

Sky Power - Chapter 16

Chapter 16

Di markas besar Sky Power, Prof. Indra begitu gusar menanti regu Blue kembali dari tugasnya. Mereka heran, apa yang membuat tim Blue tak kunjung kembali.
"Apa yang terjadi pada mereka? Saya telah memanggil mereka kembali. Tapi tak kunjung hadir" ucap Prof. Indra.
"Sepertinya kita harus menginstruksikan regu pelacak Prof" ujar Stormer menyarankan.
"Kau benar, pasti ada sesuatu yang telah terjadi. Mungkin hal buruk" sahut Prof. Indra.
"Blank. . ." panggil Prof. Indra.
"Ya Prof" jawab Blank.
"Siapkan tim pelacak, temukan keberadaan tim Blue" ujar Prof. Indra menginstruksikan.
Blank memimpin langsung tim pelacak untuk mencari keberadaan tim Blue.

***
Sementara Blue masih bersama dengak kakek misterius.
"Tapi bagaimana cara aku mengalahkan mereka? Sementara aku tak bisa menguasai pedang ini" ujar Ferry masih kesal. Kakek tersenyum dan masih bersikap tenang.
"Ada dua cara untukmu jika kau ingin menguasai pedang Ecliptic" ucapan kakek kembali membuatnya penasaran.
"Cara pertama, kau harus melepas star power" sebutnya.
"Bagaimana caranya?" tanya Ferry.
"Saya tidak tahu" jawab kakek dengan entengnya. Ferry menjadi geregetan.
"Oke, bagaimana dengan cara kedua?" lanjut Ferry.
"Cara kedua, kau harus menguasai hatimu. Pahami hakikat tujuanmu untuk menggunakan pedang ini. Pedang ini akan selalu menolakmu jika kau ingin menggunakannya atas dasar rasa benci dan dendam. Tak mudah meredam kebencian dan dendam yang kau punya pada musuh-musuhmu. Tapi jika kau mau berusaha, selamat mencoba" kakek misterius itu membalikan badan hendak pergi, namun Ferry mencegahnya.
"Tunggu kek, aku mohon!!" cegah Ferry.
"Ada satu hal lagi yang ingin aku tanyakan" ujarnya. Sang kakek mengurungkan niatnya untuk pergi.
"Setiap star power memiliki unique power yang berbeda-beda. Tapi hingga sekarang, aku masih belum tahu apa unique power yang aku punya. Bisakah kakek jelaskan bagaimana cara aku mengetahuinya?" tanya Ferry. Sejenak sang kakek terdiam.
"Sky Warior yang tercipta dari human life memang tak mudah untuk menguasai uniqe power miliknya. Karena hasrat yang mereka punya akan mempersulit munculnya unique power darinya. Namun Sky warior yang tercipta dari tanah liat bisa langsung tahu unique power mereka ketika partama kali mereka diaktifkan. Karena mereka hampir tak punya hasrat" jelas sang kakek.
"Tapi jika sekedar ingin tahu, kau bisa memakai ini" ujar Kakek seraya memberikan sebutir kapsul pada Ferry. Ferry langsung memakannya. Tiba-tiba, angin besar menyelimuti tubuh Ferry. Perlahan, angin itu membentuk kepakan sayap malaikat. Ia terkagum dengan apa yang dialaminya. Ia mencoba mengendalikan kekuatannya. Perlahan, Ferry terbang dan melesat ke angkasa.
"Wow. . . Hebaaat . . . Yuhuuu. . . .! ! !" Ferry terbang sambil menikmati keindahan kota di atas ketinggian. Ia terus terbang berputar-putar.
Namun tiba-tiba, sayap angin yang menerbangkanya memudar dan akhirnya menghilang. Ferry yang masih di atas ketinggian bingung apa yang terjadi. Ia pun terjatuh karena tak mampu menahan bobot tubuhnya.
"Sudah lebih dari 5 menit. Reaksi kapsul itu telah habis" seru sang kakek.
"Kakek sialan. . . Kenapa kau tak bilang dari tadi" ujar Ferry yang kesakitan karena jatuh dari ketinggian.
"Kau yang bodoh, kenapa tak bertanya dulu?" Balas sang kakek tidak mau kalah.
"Bolehkah aku minta kapsulnya lagi kek?" pinta Ferry.
"Tidak boleh!"
"Kenapa?"
"Semakin banyak kau pakai kapsul itu maka unique powermu akan semakin pudar. Pelajarilah dengan berlatih keras" ujar sang kakek lalu pergi.
"Kakek. . . ! !" Ferry mencegahnya dan sang kakek berhenti.
"Terima kasih kek. Aku janji, aku akan menunaikan tanggung jawab yang kakek dan percayakan padaku!" ucap Ferry memberi ucapan terakhirnya. Sang kakek tersenyum dan mengangguk tanda percaya bahwa Ferry pasti bisa.
Sang kakek pergi meninggalkannya. Sementara ia bersiap duduk bersila di depan pedang Ecliptic yang masih menancap di tanah.

***
Pasukan pelacak yang dipimpin langsung oleh Blank ternyata tak mampu menemukan keberadaan Blue. Namun mereka menemukan jejar pertempuran di atas gedung kosong yang merupakan tempat berlangsungnya pertarungan tim Blue dengan pria misterius semalam. Mereka menemukan tujuh siluet tubuh manusia yang tercipta dari tanah liat yang hancur berkeping-keping. Sebagian dari mereka juga mencari informasi tentang keberadaan wali kota. Mereka kembali ke markas dengan membawa sejumlah barang bukti yang mereka temukan.
Sementara di markas, Prof. Indra telah menanti laporan yang telah dikumpulkan pasukannya.
"Kami menemukan 7 jasad tanah liat di atap gedung kosong. Namun kami tak tahu apa saja yang telah terjadi sebelum kejadian" ujar Blank menerangkan sambil memeriksa bongkahan tanah kering yang dibawa pasukannya.
"Maaf prof, kami juga telah mengecek keberadaan wali kota. Dan nampaknya, tidak ada kejadian apapun yang menimpanya semalam" sahut salah satu anggota pelacak.
"Tujuh jasad? Bukankah tim Blue yang beroperasi semalam hanya berjumlah enam personil? Lalu, mungkinkah satu jasad lagi adalah jasad . . ." Iluvera ikut buka suara.
"Tidak. Splitzer memiliki kemampuan membelah tubuh dalam bertarung. Mungkin dua tubuh milik Splitzer dan sisanya adalah tubuh keenam anggota lainnya" sanggah Stormer.
"Kau salah Stormer. Jika Blue terbunuh, jasadnya takkan berubah menjadi tanah. Karena dia tercipta dari jasad hidup" Prof. Indra menyanggah dugaan Stormer.
"Ya, aku baru ingat. Kau benar prof! Lalu, dimana jasad Blue berada?" kata Stormer.
"Apa kau tak menemukan jasad Blue, Blank?" tanya Prof. Indra.
"Maaf, hanya itu yang bisa kami temukan" jawab Blank.
"Apa mungkin, Blue melakukan ini semua?" sahut Wolver.
"Blue tidak mungkin mampu melepas Brain Control" ujar Prof. Indra.
"Lalu siapa pelaku penyerangan ini?" Sahut Wolver.

"Sepertinya, kita mendapatkan ancaman serius. Kita harus waspada" sahut Prof. Indra.

***
Bruaaakkkhh. . . .
Seorang pria terlempar cukup keras menimpa meja hingga hancur. Pria tersebut terlihat kesakitan dan juga ketakutan.
"Ampun tuan, apa salah saya hingga tuan menyerangku?" ucap pria tersebut pada sosok yang menyerangnya yang ternyata adalah Wolver.
"Kau bilang apa salahmu? Apa kau tak ingat nasib gadis SMA yang kau perkosa dan kau bunuh tiga tahun lalu. . . ? ? ?" ujar Wolver membentak. Sang pria mencoba mengingat masa tiga tahun lalu.
"Tapi. . . Apa urusanmu?" tanya sang pria. Wolver perlahan membuka topengnya.
"Apa kau juga lupa wajah ini?" sahut Romy/Wolver menunjukan wajahnya.
"Kau. . . . Kau pria itu?" sang pria kaget mengetahui wajah di balik topeng Wolver.
"Tidak mungkin? Aku mohon ampuni aku. Aku cuma mengikuti perintah" sang pria ketakutan. Wolver mencekik leher sang pria dan mengangkatnya. Sang pria menjadi gelonjotan namun tak bisa melepaskan diri.
"Kau tak usah khawatir. Karena teman-temanmu juga akan segera menyusul" ujar Wolver yang langsung melemparnya dari kamar lantai 9. Sang pria tewas seketika.

***
Romy duduk termenung di sebuah kursi taman. Ingatannya menguak kembali peristiwa mengerikan 3 tahun lalu. Namun tiba-tiba Dian yang duduk di samping mengagetkannya.
"Hei, kenapa sih mas? Melamun aja aku perhatikan?" tanya Dian mengagetkan.
"Oh, nggak apa apa kok!" dengan wajah kaget.
"Kalau ada masalah cerita aja" Dian memberi suport.
"Aku cuma ingat temanku"
"Memang dia dimana sekarang?" ucap Dian dengan penuh perhatian. Romy masih terdiam dengan wajah semakin murung.
"Dia sudah meninggal"
Dian terkaget mendengar penuturan Romy.
"Maaf mas!" ujar Dian ikut sedih.

***
Di tempat persembunyiannya, Ferry mulai mencoba kembali mencabut pedang Ecliptic yang menancap di tanah. Ia berusaha menguasai diri dan mulai mencabutnya. Dengan segenap kekuatan dan keyakinannya, Ferry akhirnya berhasil mencabut dan menguasai pedang Ecliptic dengan baik.
Berapa saat kemudian, sang kakek misterius kembali muncul. Hal itu membuat Ferry terkaget.
"Kakek?"
"Selamat, kau berhasil menguasainya. Pedang itu telah ku pasang alat pengirim sinyal pesan jika kau mampu menguasainya" Kakek menyerahkan pedang milik Ferry.
"Saya hanya berpesan, selain kau harus mengusung nilai keadilan, kau juga harus menetapkan tekat. Semua Sky Warior harus dibunuh. Itu adalah pilihan yang harus kau pahami"

To Be Continued