Brunei
Darussalam adalah sebuah negara kecil yang
terletak di Asia Tenggara. Letaknya di bagian utara Pulau Borneo/Kalimantan dan
berbatasan dengan Malaysia. Brunei terdiri dari dua bagian yang dipisahkan di
daratan oleh Malaysia. Negara ini terkenal dengan kemakmurannya dan ketegasan
dalam melaksanakan syariat Islam, baik dalam bidang pemerintahan maupun
kehidupan bermasyarakat.
Nama Borneo diberikan oleh
orang-orang Inggris berdasarkan nama wilayah ini karena pada masa lalu orang
Eropa berdagang melalui bandar di Brunei sebagai bandar perniagaan terbesar di
pulau ini.
Nama resmi : Negara Brunei Darussalam (melayu
arab: بروني
دارالسلام)
Lagu kebangsaan: Allah Peliharakan Sultan
Motto: Selalu menuruti arahan Tuhan
Ibu kota (dan kota terbesar) : Bandar Seri
Begawan
Bahasa resmi : Melayu
Pemerintahan : Monarki absolut Islam
– Sultan : Hassanal Bolkiah
– Pangeran (Putra mahkota) : Al-Muhtadee Billah
– Sultan : Hassanal Bolkiah
– Pangeran (Putra mahkota) : Al-Muhtadee Billah
Formasi :
– Sultan : Abad ke 14
– Akhir Protektor Inggris : 1 Januari 1984
– Sultan : Abad ke 14
– Akhir Protektor Inggris : 1 Januari 1984
Luas wilayah :
– Total : 5.765 km2
– Air (%) : 8.6%
– Total : 5.765 km2
– Air (%) : 8.6%
Penduduk :
– Perkiraan Juli 2008 : 381,371 jiwa
– Kepadatan : 66/km2
– Perkiraan Juli 2008 : 381,371 jiwa
– Kepadatan : 66/km2
PDB (KKB) : Perkiraan 2007
– Total : $19.640 billion (ke-114)
– Per kapita : $51,000 (ke-5)
– Total : $19.640 billion (ke-114)
– Per kapita : $51,000 (ke-5)
IPM (2008) :▲ 0.919 (high) (ke-27)
Mata uang : Brunei dollar (BND)
Zona waktu : (UTC+8)
Lajur kemudi : kiri
Ranah Internet : .bn
Kode telepon : +673
Silsilah kerajaan Brunei didapatkan
pada Batu Tarsilah yang menuliskan Silsilah Raja-Raja Brunei yang
dimulai dari Awang Alak Betatar, raja yang mula-mula memeluk agama Islam (1368)
sampai kepada Sultan Muhammad Tajuddin (Sultan Brunei ke-19, memerintah antara
1795-1804 dan 1804-1807).
Brunei adalah sebuah negara tua di
antara kerajaan-kerajaan di tanah Melayu. Keberadaan Brunei Tua ini diperoleh
berdasarkan kepada catatan Arab, Cina dan tradisi lisan. Dalam catatan Sejarah
Cina dikenal dengan nama Po-li, Po-lo, Poni atau Puni dan Bunlai.
Dalam catatan Arab dikenali dengan Dzabaj atau Randj.
Catatan tradisi lisan diperoleh dari
Syair Awang Semaun yang menyebutkan Brunei berasal dari perkataan
baru nah yaitu setelah rombongan klan atau suku Sakai yang dipimpin Pateh
Berbai pergi ke Sungai Brunei mencari tempat untuk mendirikan negeri baru.
Setelah mendapatkan kawasan tersebut yang memiliki kedudukan sangat strategis
yaitu diapit oleh bukit, air, mudah untuk dikenali serta untuk transportasi dan
kaya ikan sebagai sumber pangan yang banyak di sungai, maka mereka pun
mengucapkan perkataan baru nah yang berarti tempat itu sangat baik,
berkenan dan sesuai di hati mereka untuk mendirikan negeri seperti yang mereka
inginkan. Kemudian perkataan baru nah itu lama kelamaan berubah menjadi
Brunei.
Replika stupa yang dapat ditemukan
di Pusat Sejarah Brunei menjelaskan bahwa agama Hindu-Buddha pada suatu masa
dahulu pernah dianut oleh penduduk Brunei. Sebab telah menjadi kebiasaan dari
para musafir agama tersebut, apabila mereka sampai di suatu tempat, mereka akan
mendirikan stupa sebagai tanda serta pemberitahuan mengenai kedatangan mereka
untuk mengembangkan agama tersebut di tempat itu. Replika batu nisan P’u
Kung Chih Mu, batu nisan Rokayah binti Sultan Abdul Majid ibni Hasan ibni
Muhammad Shah Al-Sultan, dan batu nisan Sayid Alwi Ba-Faqih (Mufaqih) pula
menggambarkan mengenai kedatangan agama Islam di Brunei yang dibawa oleh
musafir, pedagang dan mubaligh-mubaliqh Islam, sehingga agama Islam itu
berpengaruh dan mendapat tempat baik penduduk lokal maupun keluarga kerajaan
Brunei.
Islam mulai berkembang dengan pesat
di Kesultanan Brunei sejak Syarif Ali diangkat menjadi Sultan Brunei ke-3 pada
tahun 1425 M. Sultan Syarif Ali adalah seorang Ahlul Bait dari keturunan /
pancir dari Cucu Rasulullah Shalallahualaihi Wassallam yaitu Amirul Mukminin
Hasan / Syaidina Hasan sebagaimana yang tercantum dalam Batu Tarsilah /
prasasti dari abad ke-18 M yang terdapat di Bandar Sri Begawan, Brunei.
Keturunan Sultan Syarif Ali ini kemudian juga berkembang menurunkan
Sultan-Sultan disekitar wilayah Kesultanan Brunei yaitu menurunkan
Sultan-Sultan Sambas dan Sultan-Sultan Sulu.
SEJARAH BRUNEI
Para peneliti sejarah telah mempercayai
terdapat sebuah kerajaan lain sebelum berdirinya Kesultanan Brunei kini, yang
disebut orang Tiongkok sebagai Po-ni. Catatan orang Tiongkok dan orang Arab
menunjukkan bahwa kerajaan perdagangan kuno ini ada di muara Sungai Brunei awal
abad ke-7 atau ke-8. Kerajaan itu memiliki wilayah yang cukup luas meliputi
Sabah, Brunei dan Sarawak yang berpusat di Brunei. Kesultanan Brunei juga
merupakan pusat perdagangan dengan China. Kerajaan awal ini pernah ditaklukkan
Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Sumatra pada awal abad ke-9 Masehi dan
seterusnya menguasai Borneo utara dan gugusan kepulauan Filipina. Kerajaan ini
juga pernah menjadi taklukan (vazal) Kerajaan Majapahit yang berpusat di pulau
Jawa. Nama Brunai tercantum dalam Negarakertagama sebagai daerah bawahan
Majapahit. Kekuasaan Majapahit tidaklah lama karena setelah Hayam Wuruk wafat
Brunai membebaskan diri dan kembali sebagai sebuah negeri yang merdeka dan
pusat perdagangan penting.
Pada awal abad ke-15, Kerajaan
Malaka di bawah pemerintahan Parameswara telah menyebarkan pengaruhnya dan
kemudian mengambil alih perdagangan Brunei. Perubahan ini menyebabkan agama
Islam tersebar di wilayah Brunei oleh pedagangnya pada akhir abad ke-15.
Kejatuhan Melaka ke tangan Portugis pada tahun 1511, telah menyebabkan Sultan
Brunei mengambil alih kepimpinan Islam dari Melaka, sehingga Kesultanan Brunei
mencapai zaman kegemilangannya dari abad ke-15 hinga abad ke-17 sewaktu
memperluas kekuasaannya ke seluruh pulau Borneo dan ke Filipina di sebelah
utaranya. Semasa pemerintahan Sultan Bolkiah (1473-1521) yang terkenal
disebabkan pengembaraan baginda di laut, malah pernah seketika menaklukkan
Manila. kesultanan Brunei memperluas pengaruhnya ke utara hingga ke Luzon dan
Sulu serta di sebelah selatan dan barat Kalimantan; dan pada zaman pemerintahan
sultan yang kesembilan, Hassan (1605-1619), yang membangun susunan aturan adat
istiadat kerajaan dan istana yang masih kekal hingga hari ini.
Pada tahun 1658 Sultan Brunei
menghadiahkan kawasan timur laut Kalimantan kepada Sultan Sulu di Filipina
Selatan sebagai penghargaan terhadap Sultan Sulu dalam menyelesaikan perang
saudara di antara Sultan Abdul Mubin dengan Pengeran Mohidin. Persengketaan
dalam kerajaan Brunei merupakan satu faktor yang menyebabkan kejatuhan kerajaan
tersebut, yang bersumber dari pergolakan dalam disebabkan perebutan kuasa
antara ahli waris kerajaan, juga disebabkan timbulnya pengaruh kuasa penjajah
Eropa di rantau sebelah sini, yang menggugat corak perdagangan tradisi, serta
memusnahkan asas ekonomi Brunei dan kesultanan Asia Tenggara yang lain.
Pada Tahun 1839, James Brooke dari
Inggris datang ke Serawak dan menjadi raja di sana serta menyerang Brunei,
sehingga Brunei kehilangan kekuasaannya atas Serawak. Sebagai balasan, ia
dilantik menjadi gubernur dan kemudian “Rajah” Sarawak di Barat Laut Borneo
sebelum meluaskan kawasan di bawah pemerintahannya. Pada tanggal 19 Desember
1846, pulau Labuan dan sekitarnya diserahkan kepada James Brooke. Sedikit demi
sedikit wilayah Brunei jatuh ke tangan Inggris melalui perusahaan-perusahaan
dagang dan pemerintahnya sampai wilayah Brunei kelak berdiri sendiri di bawah
protektorat Inggris sampai berdiri sendiri tahun 1984.
Pada masa yang sama, Persekutuan
Borneo Utara Britania sedang meluaskan penguasaannya di Timur Laut Borneo. Pada
tahun 1888, Brunei menjadi sebuah negeri di bawah perlindungan kerajaan
Britania dengan mengekalkan kedaulatan dalam negerinya, tetapi dengan urusan
luar negara tetap diawasi Britania. Pada tahun 1906, Brunei menerima suatu lagi
langkah perluasan kekuasaan Britania saat kekuasaan eksekutif dipindahkan
kepada seorang residen Britania, yang menasihati baginda Sultan dalam semua
perkara, kecuali yang bersangkut-paut dengan adat istiadat setempat dan agama.
Pada tahun 1959, Brunei
mendeklarasikan kerajaan baru yang berkuasa memerintah kecuali dalam isu
hubungan luar negeri, keamanan dan pertahanan di mana isu-isu ini menjadi
tanggung jawab Britania. Percobaan untuk membentuk sebuah badan perundangan
pada tahun 1962 terpaksa dilupakan karena terjadi pemberontakan oleh partai
oposisi yaitu Partai Rakyat Brunei dan dengan bantuan Britania, pemberontakan
ini berhasil diberantas. Pada akhir 1950 dan awal 1960, kerajaan Brunei ketika
itu menolak rencana (walaupun pada awalnya menunjukkan minat) untuk bergabung
dengan Singapura, Sabah, Sarawak, dan Tanah Melayu untuk membentuk Malaysia dan
akhirnya Sultan Brunei ketika itu berkehendak untuk membentuk sebuah negara
yang merdeka.
Pada 1967, Omar Ali Saifuddin III
telah turun dari takhta dan melantik putra sulungnya Hassanal Bolkiah, menjadi
Sultan Brunei ke-29. Baginda juga berkenan menjadi Menteri Pertahanan setelah
Brunei mencapai kemmerdekaan penuh dan disandangkan gelar Paduka Seri Begawan
Sultan. Pada tahun 1970, pusat pemerintahan negeri Brunei Town, telah diubah
namanya menjadi Bandar Seri Begawan untuk mengenang jasa baginda. Baginda
mangkat pada tahun 1986.
Pada 4 Januari 1979, Brunei dan
Britania Raya telah menandatangani Perjanjian Kerjasama dan Persahabatan.
Pada 1 Januari 1984, Brunei
Darussalam telah berhasil mencapai kemerdekaan sepenuhnya.
Saat ini Brunei memiliki wilayah
yang lebih kecil daripada masa lalu, dengan berbatasan dengan Serawak dari
sebelah barat sampai timur wilayah itu, serta sebelah utara berbatasan dengan
Laut Cina Selatan.
POLITIK
DAN PEMERINTAHAN
Kerajaan
Brunei Darussalam adalah negara yang memiliki corak pemerintahan monarki
absolut berdasar hukum islam dengan Sultan yang menjabat sebagai Kepala Negara
dan Kepala Pemerintahan, merangkap sebagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan
dengan dibantu oleh Dewan Penasihat Kesultanan dan beberapa Menteri. Sultan
Hassanal Bolkiah yang gelarnya diturunkan dalam wangsa yang sama sejak abad
ke-15, ialah kepala negara serta pemerintahan Brunei. Baginda dinasihati oleh
beberapa majelis dan sebuah kabinet menteri, walaupun baginda secara berkesan
merupakan pemerintah tertinggi. Media amat memihak kerajaan, dan kerabat
kerajaan melestarikan status yang dihormati di dalam negeri.
Brunei tidak memiliki dewan
legislatif, namun pada bulan September 2000, Sultan bersidang untuk menentukan
Parlemen yang tidak pernah diadakan lagi sejak tahun 1984. Parlemen ini tidak
mempunyai kuasa selain menasihati sultan. Disebabkan oleh pemerintahan mutlak
Sultan, Brunei menjadi salah satu negara yang paling stabil dari segi politik
di Asia.
Pertahanan Keamanan Brunei
mengandalkan perjanjian pertahanan dengan Inggris di mana terdapat pasukan
Gurkha yang terutama ditempatkan di Seria. Jumlah pertahanan keamanannya lebih
kecil bila dibandingkan dengan kekayaannya dan negara negara tetangga. Secara
teori, Brunei berada di bawah pemerintahan militer sejak pemberontakan yang
terjadi pada awal dekad 1960-an. Pemberontakan itu dihancurkan oleh
laskar-laskar Britania Raya dari Singapura.
stana
dengan kubah emas
Brunei memiliki dengan hubungan luar negeri terutama dengan negara negara ASEAN dan negara negara lain serta ikut serta sebagai anggota PBB. Kesultanan ini juga terlibat konflik Kepulauan Spratly yang melibatkan hampir semua negara ASEAN (kecuali Indonesia, Kamboja, Laos dan Myanmar), RRC dan Republik Cina. Selain itu terlibat konflik perbatasan laut dengan Malaysia terutama masalah daerah yang menghasilkan minyak dan gas bumi. Brunei menuntut wilayah di Sarawak, seperti Limbang. Banyak pulau kecil yang terletak di antara Brunei dan Labuan, termasuk Pulau Kuraman, telah dipertikaikan oleh Brunei dan Malaysia. Bagaimanapun, pulau-pulau ini diakui sebagai sebagian Malaysia di tingkat internasional.
Brunei memiliki dengan hubungan luar negeri terutama dengan negara negara ASEAN dan negara negara lain serta ikut serta sebagai anggota PBB. Kesultanan ini juga terlibat konflik Kepulauan Spratly yang melibatkan hampir semua negara ASEAN (kecuali Indonesia, Kamboja, Laos dan Myanmar), RRC dan Republik Cina. Selain itu terlibat konflik perbatasan laut dengan Malaysia terutama masalah daerah yang menghasilkan minyak dan gas bumi. Brunei menuntut wilayah di Sarawak, seperti Limbang. Banyak pulau kecil yang terletak di antara Brunei dan Labuan, termasuk Pulau Kuraman, telah dipertikaikan oleh Brunei dan Malaysia. Bagaimanapun, pulau-pulau ini diakui sebagai sebagian Malaysia di tingkat internasional.
DAFTAR
RAJA-RAJA BRUNEI
Raja-raja Brunai Darusalam yang
memerintah sejak didirikannya kerajaan pada tahun 1363 M yakni:
1. Sultan Muhammad Shah (1383 – 1402)
2. Sultan Ahmad (1408 – 1425)
3. sultan Syarif Ali (1425 – 1432)
4. Sultan Sulaiman (1432 – 1485)
5. Sultan Bolkiah (1485 – 1524)
6. Sultan Abdul Kahar (1524 – 1530)
7. Sultan Saiful Rizal (1533 – 1581)
8. Sultan Shah Brunei (1581 – 1582)
9. Sultan Muhammad Hasan (1582 – 1598)
10. Sultan Abdul Jalilul Akbar (1598 – 1659)
11. Sultan Abdul Jalilul Jabbar (1669 – 1660)
12. Sultan Haji Muhammad Ali (1660 – 1661)
13. Sultan Abdul Hakkul Mubin (1661 – 1673)
14. Sultan Muhyiddin (1673 – 1690)
15. Sultan Nasruddin (1690 – 1710)
16. Sultan Husin Kamaluddin (1710 – 1730) (1737 – 1740)
17. Sultan Muhammad Alauddin (1730 – 1737)
18. Sultan Omar Ali Saifuddien I (1740-1795)
19. Sultan Muhammad Tajuddin (1795-1804) (1804-1807)
20. Sultan Muhammad Jamalul Alam I (1804)
21. Sultan Muhammad Kanzul Alam (1807-1826)
22. Sultan Muhammad Alam (1826-1828)
23. Sultan Omar Ali Saifuddin II (1828-1852)
24. Sultan Abdul Momin (1852-1885)
25. Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin (1885-1906)
26. Sultan Muhammad Jamalul Alam II (1906-1924)
27. Sultan Ahmad Tajuddin (1924-1950)
28. Sultan Omar ‘Ali Saifuddien III (1950-1967)
29. Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin Waddaulah (1967-kini)
1. Sultan Muhammad Shah (1383 – 1402)
2. Sultan Ahmad (1408 – 1425)
3. sultan Syarif Ali (1425 – 1432)
4. Sultan Sulaiman (1432 – 1485)
5. Sultan Bolkiah (1485 – 1524)
6. Sultan Abdul Kahar (1524 – 1530)
7. Sultan Saiful Rizal (1533 – 1581)
8. Sultan Shah Brunei (1581 – 1582)
9. Sultan Muhammad Hasan (1582 – 1598)
10. Sultan Abdul Jalilul Akbar (1598 – 1659)
11. Sultan Abdul Jalilul Jabbar (1669 – 1660)
12. Sultan Haji Muhammad Ali (1660 – 1661)
13. Sultan Abdul Hakkul Mubin (1661 – 1673)
14. Sultan Muhyiddin (1673 – 1690)
15. Sultan Nasruddin (1690 – 1710)
16. Sultan Husin Kamaluddin (1710 – 1730) (1737 – 1740)
17. Sultan Muhammad Alauddin (1730 – 1737)
18. Sultan Omar Ali Saifuddien I (1740-1795)
19. Sultan Muhammad Tajuddin (1795-1804) (1804-1807)
20. Sultan Muhammad Jamalul Alam I (1804)
21. Sultan Muhammad Kanzul Alam (1807-1826)
22. Sultan Muhammad Alam (1826-1828)
23. Sultan Omar Ali Saifuddin II (1828-1852)
24. Sultan Abdul Momin (1852-1885)
25. Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin (1885-1906)
26. Sultan Muhammad Jamalul Alam II (1906-1924)
27. Sultan Ahmad Tajuddin (1924-1950)
28. Sultan Omar ‘Ali Saifuddien III (1950-1967)
29. Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin Waddaulah (1967-kini)
PEMBAGIAN
WILAYAH ADMINISTRATIF
Brunei dibagi atas 4 (empat)
distrik, yaitu:
No. District Ibukota Populasi
1. Belait : Kuala Belait 109,000
2. Brunei-Muara : Bandar Seri Begawan 380,000
3. Temburong : Pekan Bangar 10,000
4. Tutong : Pekan Tutong 56,000
No. District Ibukota Populasi
1. Belait : Kuala Belait 109,000
2. Brunei-Muara : Bandar Seri Begawan 380,000
3. Temburong : Pekan Bangar 10,000
4. Tutong : Pekan Tutong 56,000
Distrik-distrik Brunei dibagi
lagi menjadi 33 mukim, yaitu:
Rank. > Mukim > Populasi > Kota > District
1 Sengkurong > 71,700 > Jerudong > Brunei-Muara
2 Gadong A & Gadong B > 59,610 > Bandar Seri Begawan > Brunei-Muara
3 Berakas A > 57,500 > Bandar Seri Begawan > Brunei-Muara
4 Kuala Belait > 35,500 > Kuala Belait > Belait
5 Seria > 32,900 > Seria Town (Pekan Seria) > Belait
6 Kilanas > 31,400 > Bandar Seri Begawan > Brunei-Muara
7 Sungai Liang > 18,100 > None > Belait
8 Pengkalan Batu > 15,000 > None > Brunei-Muara
9 Kota Batu > 14,924 > Bandar Seri Begawan >Brunei-Muara
10 Pekan Tutong > 13,000 > Tutong Town (Pekan Tutong) > Tutong
11 Berakas B > 12,017 > Bandar Seri Begawan > Brunei-Muara
12 Mentiri > 10,872 > None > Brunei-Muara
13 Serasa > 10,000 > Muara Town (Pekan Muara) > Brunei-Muara
14 Kianggeh > 8,540 > Bandar Seri Begawan > Brunei-Muara
15 Burong Pinggai Ayer > 8,200 > Bandar Seri Begawan > Brunei-Muara
16 Keriam > 8,000 > None > Tutong
17 Lumapas > 7,458 > Bandar Seri Begawan > Brunei-Muara
18 Kiudang > 7,000 > None > Tutong
19 Saba > 6,600 > Bandar Seri Begawan > Brunei-Muara
20 Sungai Kedayan > 6,000 > Bandar Seri Begawan > Brunei-Muara
21 Sungai Kebun > 5,460 > Bandar Seri Begawan > Brunei-Muara
22 Bangar > 5,000 > Bangar > Temburong
23 Bokok > 2,000 > None > Temburong
24 Telisai > 1,287 > None > Tutong
25 Labi > 1,200 > None > Belait
26 Labu > 1,100 > None > Temburong
27 Kuala Balai > 1,081 > None > Belait
28 Tanjong Maya > 1,000 > None > Tutong
29 Batu Apoi > 807 > None > Temburong
30 Labi > 700 > None > Belait
31 Rambai > 239 > None > Tutong
32 Amo > 210 > None > Temburong
33 Melilas > 193 > None > Belait
Rank. > Mukim > Populasi > Kota > District
1 Sengkurong > 71,700 > Jerudong > Brunei-Muara
2 Gadong A & Gadong B > 59,610 > Bandar Seri Begawan > Brunei-Muara
3 Berakas A > 57,500 > Bandar Seri Begawan > Brunei-Muara
4 Kuala Belait > 35,500 > Kuala Belait > Belait
5 Seria > 32,900 > Seria Town (Pekan Seria) > Belait
6 Kilanas > 31,400 > Bandar Seri Begawan > Brunei-Muara
7 Sungai Liang > 18,100 > None > Belait
8 Pengkalan Batu > 15,000 > None > Brunei-Muara
9 Kota Batu > 14,924 > Bandar Seri Begawan >Brunei-Muara
10 Pekan Tutong > 13,000 > Tutong Town (Pekan Tutong) > Tutong
11 Berakas B > 12,017 > Bandar Seri Begawan > Brunei-Muara
12 Mentiri > 10,872 > None > Brunei-Muara
13 Serasa > 10,000 > Muara Town (Pekan Muara) > Brunei-Muara
14 Kianggeh > 8,540 > Bandar Seri Begawan > Brunei-Muara
15 Burong Pinggai Ayer > 8,200 > Bandar Seri Begawan > Brunei-Muara
16 Keriam > 8,000 > None > Tutong
17 Lumapas > 7,458 > Bandar Seri Begawan > Brunei-Muara
18 Kiudang > 7,000 > None > Tutong
19 Saba > 6,600 > Bandar Seri Begawan > Brunei-Muara
20 Sungai Kedayan > 6,000 > Bandar Seri Begawan > Brunei-Muara
21 Sungai Kebun > 5,460 > Bandar Seri Begawan > Brunei-Muara
22 Bangar > 5,000 > Bangar > Temburong
23 Bokok > 2,000 > None > Temburong
24 Telisai > 1,287 > None > Tutong
25 Labi > 1,200 > None > Belait
26 Labu > 1,100 > None > Temburong
27 Kuala Balai > 1,081 > None > Belait
28 Tanjong Maya > 1,000 > None > Tutong
29 Batu Apoi > 807 > None > Temburong
30 Labi > 700 > None > Belait
31 Rambai > 239 > None > Tutong
32 Amo > 210 > None > Temburong
33 Melilas > 193 > None > Belait
GEOGRAFI
Brunei terdiri dari dua bagian yang
tidak berkaitan; 97% dari jumlah penduduknya tinggal di bagian barat yang lebih
besar, dengan hanya kira-kira 10.000 orang tinggal di daerah Temburong, yaitu
bagian timur yang bergunung-gunung. Jumlah penduduk Brunei 383.000 orang. Dari
bilangan ini, lebih kurang 46.000 orang tinggal di ibukota Bandar Seri Begawan.
Sejumlah kota utama termasuk kota pelabuhan Muara, serta kota Seria yang
menghasilkan minyak, dan Kuala Belait, kota tetangganya. Di daerah Belait,
kawasan Panaga ialah kampung halaman sejumlah besar ekspatriat, disebabkan oleh
fasilitas perumahan dan rekreasi Royal Dutch Shell dan British Army. Klub
Panaga yang terkenal terletak di sini.
Iklim Brunei ialah tropis
khatulistiwa, dengan suhu serta kelembapan yang tinggi, dan sinar matahari
serta hujan lebat sepanjang tahun.
EKONOMI
Ekonomi negara kecil yang kaya ini
adalah suatu campuran keusahawanan dalam negeri dan asing, pengawalan kerajaan,
kebajikan, serta tradisi kampung. Pengeluran minyak mentah dan gas alam terdiri
dari hampir setengah PDB. Pendapatan yang cukup besar pekerjaan luar negeri
menambah pendapatan daripada pengeluaran dalam negeri. Kerajaan membekali semua
layanan pengobatan dan memberikan subsidi beras dan perumahan.
Pemimpin-pemimpin Brunei merasa bimbang bahawa keterpaduan dengan ekonomi dunia
yang semakin bertambah akan menjejaskan perpaduan sosial dalam, walaupun Brunei
telah memainkan peranan yang lebih kentara dengan menjadi ketua forum APEC pada
tahun 2000. Rancangan-rancangan yang dinyatakan untuk masa hadapan termasuk
peningkatan kemahiran tenaga buruh, pengurangan pengangguran, pengukuhan
sektor-sektor perbankan dan pariwisata, serta secara umum, peluasan lagi asas
ekonominya. Sistem Penerbangan Brunei Diraja, sistem penerbangan negara, sedang
mencoba menjadikan Brunei sebagai pusat perjalanan internasional antara Eropa
dan Australia/Selandia Baru. Ia juga mempunyai layanan ke tujuan-tujuan Asia
yang utama.
Ekonomi Brunei Darussalam bertumpu
pada sektor minyak bumi dan gas dengan pendapatan nasional yang termasuk tinggi
di dunia satuan mata uangnya adalah Brunei Dolar yang memiliki nilai sama
dengan Dolar Singapura.
Selain bertumpu pada sektor minyak
bumi dan gas, pemerintah Brunei mencoba melakukan diversifikasi sumber-sumber
ekonomi dalam bidang perdagangan. Namun dalam waktu dekat usaha tersebut
mengalami kebuntuan karena masalah internal kerajaan yang menurut sumber sumber
media internasional dihabiskan untuk kepentingan pemborosan istana ketika
dipegang oleh Pangeran Jeffry. Keadaan tersebut dapat menimbulkan masalah bagi
perekonomian Brunei di masa yang akan datang.
DEMOGRAFI
Kira-kira dua pertiga jumlah penduduk
Brunei adalah orang Melayu (66,3%). Kelompok etnik minoritas yang paling
penting dan yang menguasai ekonomi negara ialah orang Tionghoa (Han)
yang menyusun lebih kurang 11.2% jumlah penduduknya. disusul penduduk
asli/dayak (3.4%) dan suku-suku lainnya (19.1%). Etnis-etnis ini juga
menggambarkan bahasa-bahasa yang paling penting: bahasa Melayu yang merupakan
bahasa resmi, serta bahasa Tionghoa. Bahasa Inggris juga dituturkan secara
meluas, dan terdapat sebuah komunitas ekspatriat yang agak besar dengan
sejumlah besar warganegara Britania dan Australia.
Islam ialah agama resmi Brunei
(67%), dan Sultan Brunei merupakan kepala agama negara itu. Agama-agama lain
yang dianut termasuk agama Buddha (terutamanya oleh orang Tiong Hoa[13%]),
agama Kristen (10%), serta agama-agama orang asli (dalam komunitas-komunitas
yang amat kecil [10%]).
BUDAYA
Budaya Brunei seakan sama dengan
budaya Melayu, dengan pengaruh kuat dari Hindu dan Islam, tetapi kelihatan
lebih konservatif dibandingkan Malaysia. Penjualan dan penggunaan alkohol
diharamkan, dengan orang luar dan non-Muslim dibenarkan membawa dalam 12 bir
dan dua botol miras setiap kali mereka masuk negara ini. Setelah pemberlakuan
larangan pada awal 1990-an, semua pub dan kelab malam dipaksa tutup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar