Powered By Blogger

Senin, 23 Desember 2013

Novel Sky Power

Chapter 1


Sinar mentari baru saja menampakkan kilaunya. Mengabarkan sebuah isyarat bahwa aktivitas di hari ini siap untuk dilalui. Para penduduk pinggir kota Jakarta sudah mulai menampakkan kesibukan mereka masing masing.

Cerita ini akan kita mulai dari kehidupan sebuah keluarga di daerah pinggir kota Jakarta. dr. Sigit beserta istrinya sedang mempersiapkan rencana keberangkatan mereka menuju ke kota Malang, Jawa Timur.

"Bu, tolong masukan berkas uji laboratorium ke tas ya…!!"pinta dr. Sigit pada istrinya. "Yang ada di atas meja bukan pa?" tanya sang istri. "Ya bu…!!!" seru dr. Sigit sambil menaruh koper isi pakaian di bagasi mobil. Tiba-tiba anak dr. Sigit yang baru berusia 4 tahun bernama Ferry muncul menemuinya. "Papa...". "Hei, jagoan kecil papa sudah bangun." dr. Sigit menggendong, memeluk dan mencium gemas putranya tersebut. "Papa sama mama perginya berapa lama?" tanya Ferrypada papanya. "Sebentar kok sayang, cuma 3 hari." sahut dr. Sigit.

"Lho kok malah ke sini Ferry sayang?" tiba-tiba sang ibu menghampiri. "Ferry mau bantu papa mengangkat koper ma."celoteh si balita menggemaskan tersebut. "Tidak usah sayang, itu kan berat?" ucap sang ibu.

"Tapi aku pengen coba ma, biar pas gede aku kuat kaya spiderman" sang ibu hanya bisa tertawa gemas menyaksikan tingkah lucu buah hatinya tersebut.

"Ferry, nanti pas mama papa pulang, Ferry minta dibeliin apa?" dr. Sigit nampak telah selesai mengepak barang di mobil."Aku mau dibeliin apel" sahut Ferry dengan tegas.
"Kok apel?"ayahnya bertanya.
"Habis, mama bilang, katanya mama sama papa mau pergi ke kota Malang, terus mama pernah cerita kalau Kota Malang itu terkenal dengan sebutan kota apel, jadi aku mau oleh-oleh apel."
"Pinternya anak papa" puji dr. Sigit sambil mencubit hidung putranya namun Ferry dengan sigap menghindar sambil tertawa kecil.

"Belinya yang banyak ya pa" ucap Ferry.
"Lho,emang buat apa beli banyak-banyak sayang?" kata mamanya. "Kan buatopa dan opa!"
"Hush... Opa dan oma tidak usah dikasih apelnya, giginya sudah pada ompong, buat kamu saja semua apelnya." kakeknya datang sambil mengelitiki sang cucu yang karuan saja tertawa kegelian dan nenek munculmenghampiri mereka.

"Eh ternyata cucu oma ada di sini, kok sarapannya tidakdihabiskan?" kata nenek. "Udah kenyang omah." jawab Ferry yangmasih digendong mamanya.
"Kalian sudah siap?" tanya nenek pada anakdan menantunya tersebut.
"Sudah kok ma. Oh ya, opa dan oma mau dibeliinapa sepulang dari Malang nanti?" ujar dr. Sigit.
"Ah, tidak usah repot, opa sama oma mah cukup dibeliin peyeum saja." seloroh sang kakek tertawa terkekeh.

dr. Sigit dan istrinya terbengong mendengar ucapan sang opayang memang suka bercanda. Sang istri bertanya pada Ferry berada dalam gendongannya. "Kalau beli peyeum di kota apa sayang?" Ferry sejenak berfikir dengan mendekatkan jari kanannya ke pelipis kanan lalu menjawab"Bandung...!!"

"Tuh pah, cucu opah saja tahu!" sebut dr.Sigit. 
"Hehehe... Memang pintar cucu opa yang satu ini"sang kakek semakin gemas dan kembali menggelitiki Ferry yang gelonjotan sambil tertawa geli. "Maksud opa, nanti kalau sudah pulang dari Malang, kalian mampir dulu di Cikampek atau di sekitarnya, di situ juga banyak penjual peyeum" sambil melanjutkan tawanya dan di susul yang lain.

"Memang opamu ini orangnya jahil. Kalian kapan berangkatnya?" ucap sang oma.
"Kita sudah siap kok ma" kata dr.Sigit."Ferry jangan nakal ya di rumah!" kata sang bunda.
"Oh ya,Ferry kalau sudah besar mau jadi apa?" tanya sang ayah pada putranya yangkini berpindah ke pangkuan sang kakek.

"Aku mau jadi Spiderman..!!"

Ferry menjawab dengan lantang. Ayahnya hanya bisa bingung."Kenapa jadi spiderman?" tanya ayah. "Soalnya aku mau memukulorang-orang jahat dan menjadi pahlawan" Ferry menjawab dengan polosnya.

Ayahnya cuma tersenyum sambil berbibisik ke istrinya"Pasti ini ide mama". "Sudah biarin aja pa, namanya juga anak kecil." jawab sang istri.

"Kita berangkat ya oma, opa" dr. Sigit pamit padake dua mertuanya tersebut.
"Hati-hati ya" kata oma.

Mereka akhirnya berangkat ke kota Malang untuk urusan seminar kesehatan meninggalkan anak dan kedua orang tua mereka.

***
Suasana hening di suatu lingkungan TPU terpecah oleh isak tangis sosok pria di depan makam sang istri yang telah wafat 40 hari yang lalu.Sambil menabur bunga ia merasakan kesedihan yang begitu mendalam mengapa istrinya mau menerima sebuah misi seberat ini hingga merenggut nyawanya sendiri.

***
Di tempat lain, dr. Sigit telah selesai mengisi acara seminar. Setelah tiga hari menyelesaikan tugas di kota apel tersebut, mereka bersiap kembali ke Jakarta. Tak lupa mereka membeli oleh-oleh untuk keluarga di rumah.

Perjalanan pulang ternyata diiringi hujan yang cukup deras.Mereka memacu kendaraan dengan lebih hati-hati mengingat jalan menjadi licin disertai berbukit-bukit membuat mereka harus extra waspada dengan jalanan yang naik turun dan berliku.

Mereka kini melintasi sebuah jalan menurun. Tiba-tiba,sebuah truk bermuatan pasir hilang kendali melaju dengan kecepatan tinggi. Truk yang mengalami masalah rem blong tersebut akhirnya menabrak mobil di depan mereka. Mobil yang dikendarai dr. Sigit beserta istrinya tersebut tak mampu menghindar hingga menabrak pembatas jalan. Sialnya, mereka tak menemukan tanah lagi di belakang pembatas jalan. Mobil tersebut akhirnya jatuh kedalam jurang sedalam 20 meter bersama mobil truk yang menabraknya.

Istri dr. Sigit sempat tersadar dan sejenak mengingat buah hati yang ia tinggalkan dengan menggenggam sebuah apel. Ia akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya sambil memeluk sang suami yang juga sudah tak bernyawa.

To Be Continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar