Powered By Blogger

Senin, 23 Desember 2013

Novel Sky Power

Chapter 2

Berita kecelakaan maut yang dialami dr. Sigit dan istrinyadr. Asih sampai juga ke telinga keluarga bapak Sidik. Mereka menuju rumah sakit tempat jenazah anak mereka.

Istri pak Sidik yang terus menangis sepanjang perjalananakhirnya pingsan tak kuat menahan guncangan jiwa ketika melihat wajah anak danmenantunya pucat terbujur kaku. Kepedihan mendalam juga dirasakan Ferry yangberada dalam gendongan kakeknya. Ia terus menangis sambil menyebut-nyebut ayahdan ibunya.

Ferry diasuh oleh kakek dan neneknya yang merupakanpengusaha kain dan juga kolektor benda-benda pusaka. Beruntung ia masih bisameneruskan pendidikan sampai kuliah berkat dana asuransi dan santunan serta beasiswa.

Ferry tumbuh menjadi pemuda tampan. Ia dikenal sebagai siswayang pintar di kelas namun pemalas dan sangat jahil. Beberapa kali pihaksekolah harus memanggil kakeknya sebagai wali murid karena ulah nakalnya.

Beruntung pihak sekolah masih bisa memakluminya, karena iasebenarnya cerdas. Mungkin hidup tanpa ditemani sosok kedua orang tua membuatkarakternya seperti ini.

Kini Ferry telah berusia 19 tahun. Ia kuliah di PTN Jakartasemester 3. Sifat jahil waktu SMA mulai ia tinggalkan. Ia kini mulai bijakdalam bertindak dan sangat peduli terhadap sesama.

Berbagai aktifitas para mahasiswa menghiasi suasana kampusyang cukup ramai.

Ferry sedang asik ngobrol dengan teman-temannya di sebuah kantin. Tiba-tiba seorang mahasiswi menghampiri.

"Permisi mas"
"Oh, silahkan", gadis tadi meletakkan tas dan bukunya untuk membuka kulkas dan mengambil sebotol minuman dingin.

"Ini berapa?" sang gadis menunjukkan minuman yang ia pilih. "Tujuh ribu neng!" ucap pemilik kantin. Sang gadis membayar dan pergi membawa tas yang tadi ia letakkan.

Firman melihat ada sesuatu yang ditinggalkan oleh gadis tadi. "Fer, itu buku kamu?" tanya Firman. "Buku yang mana?" Ferry bingung. "Itu di depan lho." Firman menunjuk buku yang dimaksud Firman.

"Ini mah buku cewek yang tadi ke sini" Ferry memeriksa buku tersebut.

"Yah, ceweknya sudah pergi" Haris yang duduk di depan Ferry angkat bicara. "Kemana tuh cewek?" sahut Lukman yang duduk samping Haris. "Mana gue tahu?" jawab Haris.

"Tuh cewek ijinnya ke kamu Fer, jadi kamu yang tanggung jawab balikin buku itu" kata Firman yang ada di sampingnya.

"Gak mau ah, gak ada nama atau petunjuk sama sekali.Gimama nyarinya?" sahut Ferry.

"Mang, ini buku titip di sini saja ya, tar juga dia kesini lagi" ucap Ferry pada pemilik kantin.
"Sudah bawa saja."kata pemilik kantin.
"Nggak mau ah", "Mamang takut lupa Fer. Bawa saja, siapa tahu ketemu di jalan, kalau dia nyari ke sini tar aku sms deh, atau ku suruh dia telfon kamu." tambah si mamang.

"Lho polos banget sih Fer. Ku perhatiin tu cewek lumayan cantik loh, kali aja bisa kenalan" Haris memaksa Ferry membawanya."Jangan-jangan lo abnormal ya Fer?" kata Firman disambut gelak tawa semua temannya.

"Hahaha.. Cakep-cakep lengkong" Haris menambahkan."Brengsek lho semua." sahut Ferry dengan wajah rada kesal. 

Suasana menjadi riuh berhiaskan gelak tawa diantara mereka.Namun mereka akhirnya membubarkan diri untuk melanjutkan aktifitas masing-masing.

**
Ferry melewati sebuah lorong menuju ruang kelasnya untuk mengikuti perkuliahan. Setibanya di suatu lorong, ia melihat sosok gadis yang ia temui di kantin barusan. Gadis yang memakai baju merah terusan sampai lutut dengan celana jeans sebagai bawahannya tersebut tengah sibuk memilah dan mencari sesuatu. Hal itu membuat Ferry yakin inilah gadis yang ia cari. Ferry lalu mendekatinya.

"Hey, lagi sibuk ya?" sapa Ferry agak mengagetkan si gadis.
"Ah, iya" sang gadis sejenak menoleh ke arah sosok yang menyapanya. Namun kembali menenggelamkan diri dalam kesibukan mencari suatu benda yang belum juga ia temukan.

"Ini yang kamu cari?" Ferry menunjukkan sebuah buku yang ia bawa dari kantin tadi.
"Loh, kok bisa ada di kamu ya?" sang gadis kaget melihat benda yang ia cari ada di tangan pemuda tersebut.

"Kamu tuh cantik-cantik pelupa ya! Tadi kamu meninggalkan buku ini waktu beli minuman di kantin, ingat?" jelas Ferry.

"Oh ya, aku ingat. Terima kasih ya." Ia mengambilbukunya dan langsung pergi "Maaf, aku harus masuk kelas."
"Hey,tunggu dulu." Ferry mencegahnya. "Apa lagi?" kata sang gadis.

"Kalau kita ketemu lagi, aku harus panggil kamu siapa?" gadis tersebut tersenyum malu mendengar ucapan lembut Ferry.

"Aku Ferry" dengan menawarkan tangannya lalu disambut tangan sang gadis dan tersebut sebuah nama "Dian".

"Ya sudah aku masuk dulu ya!" pinta Dian."Hey, mau kemana?" Ferry kembali mencegahnya.

"Ada apa lagi?" sahut Dian agak kesal.
"Sejakkapan kamu ikut kelasku?" kata Ferry menyadarkan. Dian tersadar dan memperhatikan sekelilingnya.

"Astaga, aku salah kelas. Maaf aku lupa. Permisi permisi...!!" Dian nylonong meninggalkan Ferry menuju kelasnya. Sesekali ia menoleh ke belakang pada Ferry sambil tersenyum dan tersipu malu.

"Dasar cewek yang aneh!" guman Ferry memperhatikantingkah konyol gadis yang baru ia kenal tersebut.

***
Metromini melaju mencari, mengantar dan menurunkan menumpang. Ferry masuk ke dalam metromini tersebut untuk mengantarnya pulang kerumah.

Dua menit kemudian, metromini menjadi penuh. Beruntung ia masih mendapat jatah tempat duduk.

Beberapa menit kemudian ia melihat gadis berdiri disampingnya karena tak kebagian tempat duduk. Gadis tersebut ternyata Dian.Gadis yang baru saja ia kenal.

Ferry berdiri meninggalkan tempat duduknya. "Hei,duduk..!!" menawarkan Dian duduk.
"Ah, kamu" Dian terkejut bertemu kembali dengan pria tersebut. Ia mencoba menolak.
"Nggakusah", namun Ferry memaksa.
"Dimana sopan santunku duduk santai membiarkan seorang wanita berdiri." Dian tersenyum dan menerima tawaran dari Ferry "Terima kasih ya."

Namun Dian hanya sejenak menempati tempat duduk tersebut. Ia merasa iba melihat ibu-ibu yang menggendong anaknya berdiri tak mendapatkan jatah kursi penumpang. Dian akhirnya kembali berdiri merelakan tempat duduknya untuk sang ibu yang menggendong anaknya tersebut.

Suasana metromini semakin sesak oleh penumpang. Mereka yang tak mendapat tempat duduk terpaksa harus Berdiri berdesakan dengan penumpang lain.

Ferry yang berdiri persis dibelakang Dian tak bisa menghindar ketika Dian terus terdorong oleh penumpang lain di depannya. Bahkan kini sudah tidak tersisa lagi jarak diantara mereka.

Ferry mulai merasa gugup dengan keadaannya, sementara wajah Dian terlihat mulai memerah entah menahan malu, gugup atau perasaan asing lainnya.Jalan ibu kota memang bisa dibilang rata, namun bukan berarti tanpa guncangan. Ulah sang sopir yang terkadang mengerem mendadak maupun tarik gas tiba-tiba membuat tubuh mereka seolah-olah menyatu.

Sambil tersenyum malu, Dian menoleh ke belakang. Ferry pun hanya bisa tersenyum menahan gugupnya. Dalam angan singkatnya, Dian seakan berharap sosok di belakangnya tersebut melingkarkan tangannya ke tubuhnya persis seperti apa yang dilakukan Jack Dawson yang di perankan oleh Leonardo Dicaprio pada kekasihnya Rose Dewitt yang diperankan oleh Kate Winslet di atas kapal Titanic yang tengah melaju.

Kondisi jalan ibu kota yang macet membuat perjalanan memakan waktu lebih lama. Beberapa menit kemudian, para penumpang banyak yang turun terutama ketika sampai di sebuah pasar tradisional. Dian akhirnya sudah bisa duduk di jok yang kosong. Begitu juga dengan Ferry yang duduk di sampingnya.agak lama mereka terdiam.

"Hei, perasan aku baru pertama ini deh melihat kamu di kampus!" ucapan Ferry memecah keheningan diantara mereka. "Aku memang baru masuk tahun ini, semester 1" jawab Dian.
"Pantesan, aku semestr 3 jurusan IT" Sahut Ferry.
"Nggak nanya tahu!" kata Dian sambil tertawa. "Eh, kamu tuh nyebelin banget sih?" seru Ferry yang cemberut.

"Bercanda kok, gitu aja cemberut!" goda Dian sambil mencubit lengan Ferry. "Kamu ke kampus naik selalu metromini?" tanya Ferry. "Nggak juga, kebetulun aku baru pindah kost. Banyak barang yang belum diambil." jawab Dian.
"Eh maaf, pertanyaanku tadi apa ya?" Ferry mencoba kejahilan Dian. "Dasar nyebelin...!" Dian sewot sambil kembali mencubit lengan Ferry lebih keras. Ferry meringis kesakitan namun tertawa puas karena berhasil membalas kejahilan Dian.

Perjalanan terus berlanjut mengantar para penumpang menuju tempat tujuan masing-masing. Dian turun di suatu persimpangan. Ia berjalan menyusuri jalan sekitar 100 meter dari tempat dia turun dari metromini. Ia masuk ke sebuah rumah tempat tujuannya.

To Be Continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar