Chapter 5
Para pemain bersiap dengan melakukan pemanasan sebelum permainan. Teringat malam mengerikan yang Ferry alami. Pria bernama Romy dengan sigap mengalahkan 5 preman seorang diri. Bisa dibayangkan seperti apa permainan yang akan ditampilkannya di lapangan nanti. Ferry mencoba mengumpulkan keyakinan untuk bisa mengalahkan lawan berat pada pertandingan futsal eksebisi tersebut.
Pertandingan dimulai. Bola kick off dari tim Ferry mulai bergulir. Ferry dan teman-temannya memulai serangan, namun lawan dengan sigap menghalau.
Adi mengawali serangan setelah berhasil memotong aliran bola lawan dan mengirimkan ke depan pada Ferry. Persiapan shooting langsung ke gawang dimulai. Belum sempat ia menendang bola, jegalan keras diterimanya. Bola terlepas dan tubuh Ferry terhuyung hampir terjatuh.
"Romy. . . ! !"
Pria mengerikan tersebut benar-benar menunjukan kekuatannya. Romy mengawali serangan namun Firman bersiap menghadang.
Sebuah gerakan tipu disertai kecepatan dan tenaga yang kuat membuat Firman gagal menghadang. Gerakan cepat kembali ditunjukan oleh Romy hingga berhasil melewati hadangan Adi. Haris menyambut di baris selanjutnya.
Gerakan lincah Romy selanjutnya membuat dia selangkah di depan untuk mengambil kesempatan mengirim bola ke arah gawang. Haris dan Rizal tak mampu memblok tendangan. Lukman bersiap menghadapi tendangan dan "Hap . . . ! !"
Peluang lawan mencetak gol sukses ia gagalkan, namun tendangan tersebut begitu kencang hingga tak mampu diamankan. Bola rebound yang bergulir ke depan jatuh di hadapan lawan. Dengan sekali hempas
"Jebreett. . . . ! ! !"
Bola melaju ke tempat kosong. Lukman yang tengah off tak mampu menjangkau laju bola dan . . . . ? ? ?
"GOAL . . . ! ! !"
Angka pertama didapat tim lawan.
Game kembali dimulai. Romy cs terus mendominasi pertandingan memaksa Ferry dkk bermain lebih defensif. Lukman berkali-kali dipaksa bekerja keras mengamankan gawangnya.
Ferry membuka peluang setelah mengirim umpan pada Haris untuk membobol gawang lawan. Namun bola berhasil diamankan penjaga gawang.
Bola dikirim ke Romy yang langsung mendribel ke depan. Satu dua gerakan manuvernya mampu mengecoh dua pemain dan kembali mengecoh seorang pemain lagi. Kini hanya Lukman si penjaga gawang yang tersisa. Tendangan keras Romy mengarah ke sisi kiri atas gawang Lukman. Laju bola tak mampu dibendung dan . . . ? ?
"GOOAALL . . . ! !"
Skor 2-0 untuk keunggulan Romy dan kawan-kawan.
Firman menguasai bola, oper pada Adi namun kembali terlepas oleh tackel dari Romy. Bola bergulir ke belakang dan di situ Ferry bersiap menyambut bola muntah dengan tendangan keras. Romy kembali bangkit dan melancarkan tacklenya lagi. Gerakan seolah menendang bola sukses mengecoh Romy lalu tendangan keras sesungguhnya Ferry lancarkan. Bola melaju deras ke arah gawang. Kiper hanya bisa menyentuh sedikit permukaan bola tanpa bisa membendungnya dan . . . ? ? ?
Prraaanngg. . . . ! !
Bola membentur mistar gawang dan bergulir keluar lapangan. Ferry memegang kepalanya yang tidak sakit, tanda kecewa karena gagal mencetak gol. Hanya menghasilkan sepak pojok.
Sayup-sayup terdengar suara perempuan berteriak memberi dukungan dari luar lapangan. Ferry mencari sumber bunyi tersebut. Suara itu ternyata milik Dian dan Putri.
"Ayo kak Ferry, masukin bolanya . . ." Teriak Putri di luar lapangan.
Teriakan mereka seolah memberi energi baru.
Sepak pojok telah dilakukan, namun bola masih bisa diusir dari area berbahaya. Firman menyundul bola ke arah Ferry yang berdiri bebas. Dan dengan sekuat tenaga Ferry melepas tembakan firstime ke gawang yang tak kuasa dicegah dan . . . ? ?
"GOOAALL. . . ! !"
Tim Ferry akhirnya berhasil mencetak gol untuk memperkecil ketertinggalan. Skor sementara tim Romy masih memimpin 2-1.
Gol tersebut melecut semangat Ferry dan kawan-kawan untuk bermain lebih ngotot.
Skema serangan kembali dirancang melalui sisi kiri lapangan. Umpan datar Haris melaju ke arah Ferry. 2 pemain lawan langsung menutup ruang tembak sekaligus memberi pressure ketat. Namun Ferry tidak mengeksekusinya melainkan membiarkan bola menuju ke arah Firman yang tengah berdiri bebas. Firman dengan leluasa mengeksekusi bola dengan full power melewati hadangan dan penjaga gawang dan, GOAL . . . ! !
Firman sukses menyamakan kedudukan menjadi 2-2.
Pertandingan berlangsung sangat ketat. Jual beli serangan terjadi silih berganti.
Adi sempat membuat timnya unggul saat tendangan solo runnya bersarang ke gawang lawan setelah menerima umpan terobosan dari Ferry.
Namun Romy berhasil menyamakan skor berkat golnya meneruskan operan Niko.
Tim Romy berbalik unggul dan giliran Niko yang membobol gawang Lukman untuk kali keempat. Skor sementara 4-3 untuk keunggulan Romy cs.
Romy kembali memperlebar jarak keunggulan ketika tendangan kerasnya kembali menghasilkan gol.
Sundulan Rangga menyambut umpan Romy semakin menenggelamkan Ferry cs dengan skor 6-3. Ferry dkk terus mencoba mengejar ketinggalan. 2 gol Ferry bukukan dalam waktu 3 menit. Hanya butuh satu angka lagi untuk menyamakan skor. Namun Romy cs terlalu perkasa dengan 2 gol tambahannya lewat Romy sendiri dan Bayu.
Ferry hanya mampu membalas satu gol untuk menutup game dengan skor 6-8 untuk kemenangan tim Romy.
Ferry dkk cukup kecewa dengan kekalahan tersebut. Namun harus diakui, tim lawan memang lebih tangguh.
"Thanks ya Fer, Di, tim kalian cukup kuat juga." kata Romy sembari menjabat tangan mereka.
"Ya, terima kasih. Tapi kami kalah." Adi berkata.
"Kalah atau menang dalam sebuah game itu biasa, tapi kami akui tim kalian lebih kuat dibanding tim lain yang kami hadapi sebelumnya" tukas Romy menghibur lawan bermainnya tersebut.
"Kapan-kapan kita tanding lagi ya, gue mau balas kekalahan kali ini" ucap Haris menantang.
"Kapan-kapan kita bawa cewek lebih banyak lagi ah, buat jadi suporter, kayaknya kalau cuma dua nggak cukup" ujar Firman sambil melirik ke arah Ferry.
"Kenapa lho ngelirik gue, suka lho sama gue?" bentak Ferry pada temannya yang agaknya berniat menyindirnya.
"Ih, ogah banget. Najis gue" jawab Firman sambil bangkit dari duduknya dan berlari karena kejaran Ferry. "Heh, jangan lari lho brengsek" sewot Ferry mengejar. Semuanya berkumpul akrab tertawa bersama.
***
Putri dan Dian tengah duduk ngobrol di taman kampus. Mereka tengah membicarakan sesuatu. Tampak wajah Dian yang tengah murung sedangkan Putri berusaha menghibur sahabatnya yang tengah dilanda kesedihan tersebut.
"Sudah donk di, kamu harus percaya pasti suatu saat kamu bakal bertemu mereka" ujar Putri menenangkan perasaan sahabtnya yang masih murung.
"Duh, maaf di, saya ada perlu sebentar, nanti saya kesini lagi kok. Tunggu sebentar ya!" Dian hanya mengangguk setelah Putri bangkit dari kursi duduk panjang.
Belum jauh dari tempatnya bangkit, Putri kaget ketika berpapasan dengan Ferry yang ternyata telah memperhatikan mereka dari jauh.
"Kak Ferry. Ngapain di sini?" tanya Putri.
"Nggak apa-apa kok. Temanmu kenapa?" Ferry balik tanya.
"Mau tahu aja deh, udah ah, aku ada perlu nih. Permisi..!!" Putri pergi meninggalkan Ferry, sementara Ferry yang penasaran juga kasihan pada Dian mendekatinya.
"Hay, kok diam aja sih?" sapa Ferry yang hanya membuat Dian agak terkaget namun tetap tak bergeming.
"Kok kamu tiba-tiba gitu nongol dari belakang?" kata Dian yang masih agak malas bicara.
"Habisnya aku perhatiin, kamu murung aja deh" jawab Ferry.
"Mau tahu aja sih urusan orang" ucap Dian.
"Bukan aku pengen ikut campur sih, tapi sebagai cowok, siapa yang tega melihat dan membiarkan seorang cewek sedih, apalagi sendirin seperti ini" sahut Ferry yang mulai mendapat respon positif dari Dian.
Tiba-tiba saja air bening mengalir dari kedua bola mata Dian. Dian menyeka air mata dengan tangannya. Namun tak mampu membendung keprihatinan Ferry terhadap wanita yang ada di sampingnya tersebut.
"Maafkan aku, aku cuma tidak mau masalahku ini membuat repot orang lain, apalagi membuat kalian sedih" ucap Dian mencoba menguasai diri.
"Justru akan membuatku sedih dan bersalah jika tidak mampu berbuat apapun atas kesedihanmu" jawab Ferry bersungguh-sungguh.
Dian cukup tertegun menyaksikan kesungguhan dan perhatian Ferry untuk membantunya.
"Aku punya sebuah cita-cita yang sampai kini belum juga terwujud. Bukan sebagai scientist, pengusaha ataupun sejenisnya. Aku cuma . . . Ingin bertemu sosok yang penulis surat ini" Dian berkata dengan terisak sedih.
"Siapa orang tersebut?" tanya Ferry masih tidak mengerti. Dian menunjukan secarik kertas yang merupakan sebuah surat pada Ferry.
"Boleh aku membacanya?" pertanyaan Ferry hanya dijawab anggukan pelan oleh Dian. Ferry cukup terkaget setelah membaca surat tersebut.
To Be Continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar