Powered By Blogger

Kamis, 07 Agustus 2014

Sky Power Chapter 22


Ferry termenung di sudut kampus. Ia masih sibuk memikirkan bagaimana ia mengembalikan nama baik Blue yang telah dipermainkan oleh Sky Power. Dian yang tengah berjalan di sebuah jalan kampus melihat Ferry yang terlihat murung. Ia memutuskan untuk menghampirinya.
"Hai Ferry. . ." sapaan Dian mengagetkan Ferry yang dengan dengan refleks menoleh ke sumber suara tersebut.
"Dian. . ."
"Maaf, ngagetin ya?" ujar Dian merasa agak kurang enak.
"Eh, nggak apa-apa kok" sahut Ferry. Dian duduk di sampingnya. Ferry melihat Dian membawa surat kabar yang ternyata berisi berita tragedi wali kota.
"Kamu sudah tahu berita itu ya?" tanya Ferry sambil menunjuk pada surat kabar yang ada di tangan Dian.
"Berita ini maksud kamu?" kata Dian yang dijawab anggukan kepala dari Ferry.
"Putri yang awalnya memberi tahu berita ini. Lalu ada penjual koran menjajakan ini, iseng-iseng aku beli aja" sambungnya.
"Tapi sejujurnya, aku tak yakin Blue melakukan ini semua. Aku percaya dia itu baik. Bahkan, dia pernah menyelamatkan aku dua kali" Dian meneruskan perkataannya. Ferry merasa agak lega mendengar pendapat Dian.
"Syukurlah. . ."
"Maksud kamu. . ? ?" Dian agak heran melihat sikap Ferry yang agak mencurigakan.
"Ah, nggak. . . Nggak apa-apa kok!" Ferry mencoba tetap tenang di tengah kesalahtingkahannya.
"Apa kamu juga mengenal Blue? Atau jangan-jangan, kamu itu. . ."
"Ah tidak tidak, kamu salah, hehe. . ." Ferry semakin bingung bagaimana menghadapi situasi super darurat seperti ini. Sementara Dian mengkerutkah dahinya melihat keanehan yang Ferry tunjukan.
"Huft, baiklah. . . Sepertinya aku memang harus mengatakan sesuatu padamu. Aku. . . Aku memang mengenal Blue"
"Oh iya. . ?" Dian semakin penasaran.
"Dia. . . Dia pernah membantu aku saat aku dikeroyok sejumlah preman" jawab sekenanya.
"Membantu, bukankah itu berarti menolong?" balas Dian.
"Ya nggaklah, kita bertarung bersama mengalahkan para preman tersebut, hehehe. . ." meski cerita tersebut agak basi, namun Ferry berharap, semoga Dian percaya.
"Sudah dulu ya, saya ada kuliah. Dhaa. . ." Ferry pergi meninggalkan Dian yang masih menyimpan kecurigaan padanya.
"Harga dirimu memang benar-benar tinggi ya!" Dian berbicara sendiri. Ia yakin Ferry masih menyembunyikan sebuah rahasia.

***
Di pagi yang cerah, Ferry tengah berjalan di sebuah trotoar ibu kota. Ia berniat untuk pergi ke suatu tempat.
Tiba-tiba, suara seperti sebuah ledakan terjadi di suatu tempat. Ferry cukup terkaget mendengar ledakan tersebut.
"Hei . . . Berhenti. . . . ! ! !" suara lain terdengar kencang oleh Ferry. Ia pun menengok ke belakang mencari tahu apa yang terjadi pada sumber suara tersebut. Suara tersebut ternyata berasal dari dua mobil polisi yang saling bertabrakan. Di sisi lain, beberapa polisi tengah mengejar seorang pria yang diduga telah melakukan perampokan di sebuah bank. Dan ternyata, perampok tersebut adalah Blue.
Ferry cukup kaget melihat sang perampok yang mengenakan kostum Blue miliknya.
Ferry yang tahu kejadian itu langsung ikut mengejar. Ia langsung memanjat sebuah gedung. Ia mengejar pelaku perampok tersebut dari atas gedung. Ia segera mengenakan maskernya.
Sayangnya, polisi telah kehilangan jejak dalam pengejarannya.
"Lapor komandan, jejak target menghilang!" ujar seorang polisi pada atasannya.
"Kita berpencar. . . ! !" ujar sang komandan.
"Siap. . .! ! !" pasukan berpencar mencari jejak Blue palsu.
Sementara dari atas sebuah gedung, Ferry mengamati jejak persembunyian Blue palsu. Dan akhirnya, Ferry berhasil menemukan jejak Blue palsu yang berlari ke sebuah gudang kosong. Ferry segera mengaktifkan gelang Star Powernya untuk berubah ke mode Blue. Ia langsung melesat mengejar Blue palsu.

Bruaaaakhh. . . .
Blue asli berhasil meninju Blue palsu hingga terlempar dan terjatuh. Kantung berisi uang hasil rampokan juga terjatuh, beberapa lembar tercecer. Namun ia langsung bangkit.
"Berani-beraninya kau menjiplak kostumku! Nggak ada ide lain apa?" kata Blue kesal.
"Wow, kau berani nongol rupanya" jawab Blue palsu.
"Kau harus bertanggung jawab. . ." Blue menyerang, namun Blue palsu sudah siaga. Pertarungan pun terjadi. Pukulan Blue sanggup dihindari. Blue palsu giliran menyerang dengan tendangannya dan berhasil ditangkis. Dengan kecepatannya Blue berhasil menyarangkan pukulan telak ke wajah Blue palsu. Blue kembali menyerang. Kali ini tendangannya membuat Blue palsu terpental dan terjatuh. Blue menarik kerak baju Blue palsu dan mendorongnya ke tembok. Dorongan yang begitu kuat membuat tembok pun jebol.
"Dimana kau sembunyikan pak wali kota? jawaaabb. . . ! !" bentak Blue sambil menekan Blue palsu ke lantai.
"Dasar bodoh, apa kau tak ingat? Ini adalah misimu yang gagal!" jawab Blue palsu. Blue melemparnya ke tumpukan kayu hingga hancur.
"Katakan, dimana Profesor Indra Berada sekarang. . . ??" Blue menghampiri Blue palsu. Blue palsu mencoba menyerang, namun berhasil ditangkis. Pertarungan berjalan tak imbang. Blue asli terlihat lebih superior.
"Katakan dimana Profesor Indra bersembunyi. . . ?"
"Maaf, aku tidak ditugaskan untuk menjawab pertanyaanmu" jawab Blue palsu.
Blue asli mengeluarkan kekuatan anginnya. Blue palsu yang tahu akan mendapat masalah besar berusaha untuk melarikan diri. Namun serangan Blue asli berhasil membuatnya terpental jauh. Blue kembali mengejar, namun ia terkaget.
Blue palsu yang bernama asli Replician ternyata tengah menyandera seorang bapak-bapak yang kebetulan lewat area tersebut. Ia menodongkan pedangnya ke leher bapak tersebut.
"Berani mendekat, ku potong leher orang ini!" ancam Blue palsu. Blue berhenti mendekat.
"Lepaskan dia. . .! ! Jangan menjadi pengecut. . .!" bentak Blue.
"Hah, aku tak peduli dengan pertarungan ini, jangan bergerak atau aku bunuh orang ini!" Blue palsu kembali mengancam.
Pria yang tengah disandera tersebut terlihat begitu ketakutan. Blue palsu menarik sanderanya untuk ikut mundur. Dan tanpa diketahui Blue palsu, Blue asli telah menyiapkan jurusnya. Dan dengan sekali gerak, Blue memanfaatkan kekuatan anginnya untuk menerbangkan sekepal debu dan pasir untuk menyerang Blue palsu. Serangan mendadak tersebut terlambat disadari Blue palsu. Serangan itu berhasil mengenai matanya. Sementara pria yang disandra tak merasakan efek serangan tersebut karena memakai kaca mata. Dengan cepat Blue menghajar Blue palsu hingga tersungkur. Cengkraman Blue palsu pada sanderanya terlepas. Blue langsung menolong sandera tersebut.
"Anda tidak apa-apa?" tanya Blue pada pria yang barusan disandra.
"I. . .iya. . ."
"Sebaiknya anda pergi secepatnya dari sini!" ujar Blue.
"Baik, terima kasih tuan. . ." pria tersebut akhirnya pergi. Blue kembali mendekati Replician.
"Kau tak perlu khawatir, aku tak akan membunuhmu sekarang. Polisi sangat membutuhkan kehadiranmu untuk kasus wali kota!" Blue menarik tubuh Replician si Blue palsu.
Namun tanpa diduga, sebuah serangan mendadak muncul mengincarnya. Blue berhasil menghindar. Cengkraman Blue pada Replician terlepas. Ternyata, Iluvera datang.
"Apa kabar Ferry, lama kita tak jumpa!" Iluvera masih bisa menyapa dengan akrabnya, kendati Blue telah menjadi musuh.
"Kau ternyata! Nampaknya, kau adalah orang yang paling cocok untuk memanduku menemukan persembunyian Prof. Indra!" ujar Blue.
"Ah, aku benar-benar tersanjung saat kau mengatakan aku adalah wanita paling cocok untuk mendampingimu" seru Iluvera dengan nada genit.
'Iiih. . . Sifat itu yang membuatmu menyebalkan' bisik Blue dalam hati.
"Katakan dimana Prof. Indra bersembunyi. . ! !" bentak Blue.
"Jangan bicara seolah-seolah kau bisa mengalahkanku Ferry sayang!" balas Iluvera.
"Baiklah, akan ku paksa kau untuk mengatakannya" Blue menghunus pedangnya. Dia pun mulai menyerang. Ia menebaskan pedangnya, namun dengan sigap Iluvera menghindar. Iluvera mendekatkan wajahnya ke arah Blue.

Clluuuppp. . .
Tak bisa dihindari, sebuah ciuman mesrah dari bibir Iluvera berhasil mengenai kening Blue. Blue merasakan sebuah sensasi yang tak karuan. Masih sempat-sempatnya ia bertingkah genit seperti itu dalam sebuah pertarungan.
'Sialan, apa-apaan ini? Kenapa aku gemetar seperti ini' Blue berkata dalam hati.
"Yah. . . Sayang sekali bibirmu tertutup masker. Aku hanya bisa mencium keningmu. Andaikan itu adalah bibirmu, mungkin akan lain rasanya. Ah. . ." Iluvera begitu menikmati pertarungan ini.
"Iiii. . . Brengsek. . . Berhenti bermain-main dengankuuuu. . . ! !" Blue berteriak dan langsung menyerang.

To Be Continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar