Powered By Blogger

Jumat, 16 Mei 2014

PETUALANG SEJATI

Ismael adalah siswa kelas dua SMA yang cukup terkenal di jakarta. Di suatu hari, ia bertemu dengan seorang kakek misterius yang cukup merepotkan. Ia harus berhadapan dengan Polantas karena ditilang akibat membonceng tanpa helm. Namun saat sang kakek pamit, ia dititipi sebuah kotak buntelan misterius.
Buntelan tersebut ternyata sebuah pete harta karun yang terletak di pedalaman Banten. Ia menceritakan tentang peta itu pada temannya yang bernama Yadi. Awalnya, Yadi yang terkenal kutu buku tidak begitu percanya. Namun dengan trik rahasianya, Ismael berhasil membujuk Yadi untuk ikut. Mereka berdua akhirnya sepakat untuk berpetualang pada libur semester genap yang tinggal satu bulan lagi.
Sayangnya, pembicaraan mereka bocor didengar seseorang. Mereka adalah Fitri dan Dewi. Dewi sebenarnya juga tak tertarik dengan perburuan harta karun itu. Namun, bukan sebuah ide yang bagus membiarkan Fitri yang polos berpetualangan dengan dua cowok yang super genit dan usil tersebut. Fitri mengancam akan menyebarkan berita itu jika mereka tidak mau mengajaknya. Dengan sangat terpaksa, Ismael merelakan dua cewek tersebut untuk ikut. Yadi malah sangat senang dengan posisi itu, mengingat dia cukup obsesif pada Dewi, gadis yang ia pandang paling sempurna diantara semua nenek-nenek yang ia kenal.
Waktu yang ditentukan akhirnya tiba. Mereka berangkat justru tanpa adanya persiapan yang matang dan cenderung seadanya. Tak cukup sampai disitu, percekcokan kecil bahkan menjadi sebuah hiasan yang akrab diantara mereka. Ismael yang usil, cerewet dan hiperaktif sulit untuk bisa kerjasama dengan baik bersama Yadi yang genit dan centil pada Dewi, meski sebenarnya ia cukup cerdas. Yadi juga bertindak sebagai navigator dengan peta dan kompas yang setia di tangannya. Sementara Ismael tak cukup ikhlas menggotong cukup banyak perlengkapan di bahunya. Fitri selalu merasa bahwa dirinyalah sang pemimpin misi. Ismael akrab memanggilnya dengan sebutan “Dollar eyes” karena materialistisnya. Sedangkan Dewi mungkin bias dianggap yang paling ‘normal’. Sifatnya yang lemah lembut dan bijaksana menjadi sebuah pengendali yang cocok di dalam kelompok.
Mereka akhirnya memutuskan untuk beristirahat di sebuah tempat. Ismael mendirikan tenda sedangkan Yadi mencari kayu bakar. Fitri dan Dewi mencari air dan bergegas mandi.
Tiba-tiba, muncul ide mesum khas remaja yang diawali oleh Ismael. Mereka hendak mengintip Dewi dan Fitri yang tengah mandi di kali. Namun bukannya menemukan pemandangan surge yang mereka impikan, mereka justru dibuat kaget oleh teriakan Fitri. Ternyata, Dewi hilang diculik seseorang. Situasi menjadi gempar. Mereka berusaha untuk terus mencari keberadaan Dewi. Namun saying hingga fajar mulai menyingsing, Dewi tak kunjung bias ditemukan. Fitri semakin khawatir dengan hilangnya Dewi, ditambah hari sudah mulai gelap.
Yadi memutuskan untuk mengajak mereka kembali ke pemukiman terdekat guna meminta bantuan. Fitri yang sudah sangat ketakutan menyetujuinya. Namun tidak dengan Ismael. Ia sama sekali tak berniat berhenti mencari Dewi kendati malam sudah mulai mewujud. Pertengkaran akibat perbedaan pendapat tak bias lagi dihentikan. Mereka akhirnya berpisah. Yadi dan Fitri mencari bantuan warga setempat sedangkan Ismael terus berjalan menerobos malam sambil terus mencari Dewi.
Namun akhirnya, Yadi dan Fitri menyusul Ismael mencari Dewi. Yadi khawatir meninggalkan Ismael yang ia anggap cukup ceroboh sendirian mencari Dewi. Mereka akhirnya mencari Dewi bersama-sama diselimuti gelap malam dengan hanya bermodalkan satu senter penerang jalan.
Kejadian tak terduga kembali terjadi. Mereka terperosok ke subuah lubang yang ternyata sebuah jebakan yang dipasang seseorang. Tanpa bias melihat sekeliling yang gelap ditambah lampu senter yang terjatuh, mereka menghirup sebuah bau menyengat. Bau tersebut membuat kepala mereka pusing dan akhirnya tak sadarkan diri. Mereka terbangun setelah disiram segelas air oleh seseorang yang tak mereka kenal. Mereka tersadar dalam keadaan telah terikat dan dibekap disebuah ruang kosong.
Mereka telah diculik. Tapi ternyata, bos penculik tersebut mengaku sebagai seorang kepala desa setempat. Mereka terkaget setelah seorang yang membawakan makanan untuk mereka ternyata Dewi. Dewi akhirnya menjelaskan bahwa masyarakat di kampong ini sudah terisolasi selama hamper lima tahun. Mereka hidup tanpa sambungan listrik, bahkan jembatan satu-satunya penghubung desa dengan dunia luar sudah tujuh tahun lebih roboh tanpa ada perhatian sedikitpun baik dari pemerintah daerah maupun pusat. Padahal masyarakat sangat bergantung pada jembatan tersebut sebagai akses transportasi, ekonomi maupun sosial. Masyarakat hidup dalam keterbatasan membuat mereka kerap kali menculik wisatawan atau warga luar untuk dijadikan Sandra. Uang hasil menculik mereka kumpulkan untuk membangun desa.
Dewi meminta kesediaan teman-teman untuk mengajak serta warga setempat untuk mencari harta karun, namun Ismael menentang. Ia tidak bias berkutik setelah semua teman-temannya memaksa dia untuk menyetujuinya.
Dan pada akhirnya, mereka dibantu beberapa warga berhasil menemukan harta karun itu. Harta karun yang dimaksud adalah tambang emas yang sangat melimpah. Dengan hasil emas yang sangat melimpah, warga akhirnya berhasil membangun kembali desa yang terisolasi menjadi desa yang makmur.
Nama-nama pemuda petualang tadi akhirnya diabadikan oleh warga setempat sebagai nama-nama jalan dan fasilitas umum di desa. Nama Dewi diabadikan sebagai nama jalan raya desa tersebut. Sedangkan nama Yadi dijadikan nama jembatan yang telah selesai dibangun. Sementara nama Fitri diabadikan sebagai nama lokasi tambang. Dan yang terakhir, nama Ismael, sang petualang yang paling gagah berani diabadikan sebagai nama Desa tersebut.
Pose mereka diabadikan di atas tugu selamat datang. Keempat petualang yang pemberani telah menyelamatkan warga desa….

Cerpen Karya : Syarief Ismael 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar