Powered By Blogger

Senin, 05 Mei 2014

Sky Power

Chapter 4

Ujung tongkat yang terpotong oleh pedang tadi ternyatamembuatnya menjadi lancip. Dengan cepat pria misterius menghujamkan ujungtongkat yang lancip hingga menusuk perut preman terakhir. Ia pun terjatuhsambil meringis menahan sakit. Darah segar keluar dari luka akibat tusukan padaperutnya.

Ia ditolong teman-temannya serta mencabut batang kayu yangmasih menancap pada perutnya, lalu kabur meninggalkan tempat kejadian.

Pemuda misterius tersebut lalu menghampiri Ferry yang masihkesakitan sambil memegang kepalanya.

"Kamu tidak apa-apa?" kata pemuda tadi."Tidak kok, cuma kegores doank" sahut Ferry.

"Kamu baru pertama kali lewat sini ya?" ujarnyamenambahkan. "Nggak juga sih." jawab Ferry.

"Tapi kamu terlalu malam melewati tempat ini." katasi pria kembali. "Iya juga, aku baru kali lewat sini malam-malambegini."

"Daerah ini memang lumayan rawan kalau sudah menjelangtengah malam. Mau saya sekalian antar?" kata sang pria. "Nggak usah,terima kasih. Saya mau naik angkot aja." jawab Ferry.

"Kayaknya saya pernah lihat kamu deh! Kamu mahasiswaInstitut Tehnik Jayakarta kan?" tanya si pria setelah mereka melewatisebuah jalan yang agak terang karena lampu penerang jalan. "Kok kamutahu?" sahut Ferry keheranan.

"Perkenalkan, saya Romy, mahasiswa ITJ semester 5"kata pria tersebut sambil menyodorkan tangannya.

"Ferry" ucap Ferry menjabat tangan Romy. "Tuhada angkot" Romy menunjuk ke arah angkot yang sedang melaju ke arahmereka. Ferry menyetop angkot.

"Terima kasih tadi ya!" kata Ferry sebelum masukangkot. "OK, hati-hati!" angkot pun berangkat sedangkan Romy menujusepeda motornya dan pergi meninggalkan tempat tersebut.

***
Kembali ke suasana kampus, Ferry tengah berjalan menujulorong kampus. Tiba-tiba ada pria yang memanggilnya.

"Ferry..!!" seorang dosen memanggilnya.

"Profesor Indra memanggil saya?" kata Ferry."Iya, saya ingin bicara" ucap sang dosen.

"Ikut aku" serunya. Ferry mengikuti dosennyamenuju sebuah ruangan.

"Silahkan duduk!" Prof. Indra mempersilahkan Ferryduduk di sebuah sofa yang terdapat di ruangan itu. "Terima kasihprof."

"Kepalamu kenapa Fer, diplester begitu?" tanyaprofesor. "Oh, nggak apa-apa kok pak, cuma lecet." jawab Ferry sambilsenyum mengelus kepalanya.

"Saya mau tanya tentang beberapa hal pada kamu. Sebelumnyasaya membaca databook kemahasiswaan kamu. Apa benar kamu anak dr. SigitHadiwinata?"

"Benar pak, bapak mengenal ayah saya?" ucap Ferry."Dulu saya kuliah bareng sama ayahmu" kata Prof. Indra.

"Tapi ayah dan ibu sudah lama meninggal pak"sergah Ferry. "Ternyata benar ya berita itu. Saya turut prihatin ataskejadian yang menimpa ayahmu itu Fer. Maaf ya" kat Prof. Indra melihatrona wajah Ferry yang berubah murung. "Tidak apa-apa pak" gumannya.

Tiba-tiba, ada telfon masuk.

"Maaf Fer, sebentar ya" kata Prof. Indra sambilpindah tempat duduk dari sofa tamu ke kursi kerjanya. Ferry hanya menjawabdengan anggukkan.

5 menit kurang lebih Prof. Indra berbincang-bincang denganseseorang via handphonenya. Ia lalu mengakhiri pembicaraan via HP tersebut dankembali menghampiri Ferry.

"Aduh, maaf ya Fer, nampaknya perbincangan kita cukupsekian saja dulu, tadi barusan ada urusan penting yang harus saya kerjakansekarang juga", ujar Profesor. "Tidak apa-apa kok pak. Ya sudah sayapamit dulu pak" kata Ferry sambil berdiri dan pamit keluar ruangan."Terima kasih ya, kapan-kapan nanti kita teruskan" sambung Prof.Indra. "Baik pak"

"Kalau perlu sesuatu, bilang saja ke saya." kataProf. Indra. "Terima kasih banyak Prof." sahut Ferry lalu pergimeninggalkan ruangan.

***
Di perpustakaan, Ferry sedang memili buka dan tiba-tiba iabertemu seseorang.

"Hey kak, lagi ngapain?" ucap seorang mahasiswi."Eh Putri, biasa, lagi nyari HP seken".

"Kebiasaan banget deh, kalau ama aku pasti gakserius" ujar Putri sambil cemberut. "Lagian sudah tahu aku lagi milihbuku masih nanya" jawab Ferry.

"Nyari buku kok serius amat sih, kaya milih calon istriaja" sergah Putri. Dian yang dari dulu hanya memperhatikan agak heran.

"Kalian sudah saling kenal?" tanya Dian penasaran.Ferry yang awalnya tidak mengetahui keberadaan Dian agak kaget. "Eh iyalupa, ini kak Ferry, dia kakak kelasku waktu SMA. Kenalin, atau jangan-jangankalian sudah saling kenal?" ucap Putri.

"Kalau dia mah sudah kenal. Heh, kepalamu kenapa,diplester gitu?" tanya Dian pada Ferry. "Dia mah emang kaya gitu.Suka gaya-gayaan, diplester padahal nggak ada luka, sejak dulu waktu SMA jugasering kaya gitu." tangan Dian mencoba membuktikan ucapan Putri denganmengarah ke pelipis Ferry yang diplester. Karuan saja Ferry kesakitan.

"Aduh...!! Sakit tahu!" sambil menjauhkankepalanya dari tangan Putri. "Eh, beneran ya kak?" kata Putri sambiltersenyum. "Iya beneran" ujar Dian cengengesan tanpa merasa berdosa.

"Laki-laki jangan cengeng donk, hehe..." Diankembali menggoda. "Ini beneran sakit tahu, bukan masalah cengengnya."protes Ferry.

"Kak Ferry mau cari buku apa?" tanya Putri."Ada deh...!" jawab Ferry sambil kembali memilah-milah buku.

"Heh, giliran seneng-seneng sama cewek nggak bilangbilang ya? Pas ada maunya ngomel ke gue lho, dasar." tiba-tiba saja Firmandatang menghampiri. "Seneng apanya? Yang ada gue dijitak sama mereka sampediplester begini." keluh Ferry. "Heh, sembarangan lhonuduh-nuduh" sewot Dian sedangkan Putri hanya senyum geli menyaksikankejadian ini.

"Tapi kalau beneran juga nggak apa-apa kok mbak, sayaikhlas. Bila perlu saya bantu pilihin buku tebal paling cocok untuk jitakdia" sahut Firman. "Wah, lho bener-bener brengsek ya" kataFerry.

"Ya lagian lho seenaknya saja nuduh orang sembarangan,cewek sebaik dia mana mungkin melakukan itu, tapi kalau menjitakin hati sayaemang iya, nih hatiku jadi berdebar-debar, hehehe" Firman ikut menggoda.

"Ternyata sama lho juga, dasar buaya lho semua"semprot Dian, Putri hanya bisa menahan tawa melihat tingkah konyol mereka.

"Eh, gue mah nggak kali?" ujar Ferry membela diri."Terus apa?" balas Dian. "Srigala.." sebut Ferry.
"Srigala berbulu kepang?" jawab Dian sambil ketawadisusul Putri.
"Hehehe... Cucok banget tuh, dikepang terus kerja disalon. Hahaha..." Firman ikut meledek sambil ketawa.
"Gue bunuh juga lho lama-lama" Ferry kesal sambilmelingkarkan lehernya ke Firman, lalu Firman melepasnya.
"Sudah deh, lho ikut gue aja sini" Firman menarikFerry untuk mengikutinya. "Ada apa sih?"
"Sudah jangan protes" kata Firman.
"Eh, ntar dulu gue lagi nyari buku!"
"Nggak ada waktu deuh. Ayo...!!" Firman terusmenarik tangn Ferry meninggalkan Dian dan Putri.
"Aneh ya mereka?" ucap Dian. "Sama anehnyakaya kamu!" ujar Putri sambil menujuk Dian dan dan tertawa menuju kesebuah rak buku.
"Heh, sialan lho, tungguin!"

Sementara di tempat lain, Firman masih menarik Ferry untukmengikutinya. Teman Ferry lain ternyata sedang menunggunya.
"Lama banget sih" ujar Haris. "Ini, susahbanget diajak kemari." balas Firman.
"Emang ada apaan sih? Udah tau gue sibuk!" kataFerry sambil melepas tangan Firman.
"Sibuk godain cewek?" Firman meledek. "Enakaja kalau ngomong!" Jawab Ferry.
"Sudah woy, ribut mulu! Lagian kaya ceweknya mau ajasama lho berdua."
Sahut Adi.
"Lho jangan ikut campur ya! Rese' lho" ujar Ferrypada Adi.
"Begini Fer, kita diajak tanding Futsal sama anaksemester 5 jam 4 sore nanti. Kita butuh tenaga lho. Lho harus ikut" Lukmanmenjelaskan.
"Deuh, gue lagi males" jawab Ferry.
"Lho jangan gitu? Lho harus ikut. Gue nggak mau tahu"  Lukman terus maksa.
"Terpaksa deh!" eluh Ferry. "Bagus gue anggapitu jawaban 'ya', hehehe" kata Lukman tertawa senang diikuti yang lainnya.
"Begitu donk, baru itu namanya Fren, hehei. . ."ucap Firman sambil menepuk dan memijat pundak Ferry.
"Fren Chicken maksud lho?" kata Ferry, "Mau,trantir? Ayo. . ." sambung Firman.
"Oke, kalau KFC jadi warung mak lho!" balas Ferry.
Mereka lalu bubar meneruskan kegiatan masing.

***
Waktu yang mereka sepakati akan segera bergulir. Merekatelah berkumpul mempersiapkan perlengkapan yang mereka bawa. Ferry baru selesaimengikat sepatunya. Ia lalu berjalan untuk masuk ke arena. Tiba-tiba iatercegat saat berpapasan dengan seseorang yang pernah ia kenal.
"Hai Fer, kita bertemu lagi"
"Kamu. . . ? Romy, yang tadi malam itu kan?" ujarFerry keheranan.
"Luka dikepalamu jangan dijadikan alasan kalau kamukalah nanti ya!" kata-kata Romy telah memulai psywar antar 2 kubu yangakan bertanding tersebut meski tetap menampilkan senyum bersahabat.
"Jangan samakan yang tadi malam dengan sekarang, kitalihat nanti" balas Ferry.
"Oke, gue suka gaya lho." Romy menepuk pundaknyakemudian masuk ke arena.
"Lho kenal dia?" Adi datang menghampiri.
"Pernah ketemu aja"
"Ya sudah masuk yuk!" Adi masuk duluan ke arenadan Ferry menyusul.

To Be Continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar